Potensi Risiko Anak Gunung Krakatau Melemah, Warga Tetap Diminta Waspada

- Jumat, 29 April 2022 | 15:05 WIB
Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda mengalami erupsi. (Pos Pantau GAK/Antara)
Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda mengalami erupsi. (Pos Pantau GAK/Antara)

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menyebut, kawah utama Anak Gunung Krakatau masih mengeluarkan asap berwarna putih dari lubang kepundan. Asap tersebut sebelumnya juga terpantau dari pos pengamatan di Carita.

“Asap ini memang melampaui tubuh anak krakatau yang lama atau kurang lebih 25 meter. Kalau totalnya kurang lebih 150 meter dari gunung anak krakatau yang baru,” kata Hendra kepada wartawan, Jumat (29/4).

Berdasarkan analisis hasil pengamatan udara yang dioverlay dengan hasil monitoring dari instrumen monitoring yang dimiliki pos pengamatan PVMBG, energi tremor sebagai pembangkit erupsi telah menurun drastis. Kendati demikian, pihaknya tetap meminta masyarakat agar tetap waspada.“Data-data yang terekam secara instrumental, energi tremor ini sudah drop, baik yang direkam melalui alat maupun dari pemantauan secara langsung. Ini semua terus menurun,” jelas Hendra.

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, potensi dampak risiko bencana tsunami yang dapat terjadi dari aktivitas vulkanologi Anak Gunung Krakatau sangat kecil. Terlebih menurunnya erupsi dalam beberapa hari terakhir.

Di samping menurunnya erupsi Gunung Anak Krakatau, faktor lain seperti adanya beberapa pulau penghalang di sekitar Anak Gunung Krakatau juga dapat mereduksi ancaman tsunami bagi aktivitas penyeberangan kapal dari Merak-Bakauheni maupun sebaliknya. Di sisi lain, jarak yang relatif jauh antara Gunung Anak Krakatau dengan rute penyeberangan antar pulau Jawa dan Sumatera itu juga menjadi faktor yang memperkecil potensi risiko tsunami.

Berdasarkan catatan, kejadian silent tsunami yang menghantam sebagian wilayah banten hingga lampung pada 2018 silam juga tak berdampak pada aktivitas penyeberangan Merak-Bakauheni.

“Penyeberangan relatif aman dari bahaya tsunami. Apalagi erupsinya melemah. Sumber pembangkitnya itu sudah lemah, sehingga dapat kita simpulkan Insya Allah aman,” kata Dwikorita.

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X