SAMARINDA - Penyaluran kredit di Kaltim sampai Februari 2022 mencapai Rp 142 triliun. Jumlah itu tumbuh 18,87 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan sektor, pertumbuhan tertinggi berasal dari pertambangan sebesar 74,36 persen dan pertanian serta perkebunan tumbuh 47,18 persen.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kaltim Made Yoga Sudharma mengatakan, tidak hanya perbankan, pada perusahaan pembiayaan (leasing/multifinance) juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. “Saat ini, ekonomi Kaltim masih didominasi pertambangan, sejalan dengan pertumbuhan kredit Kaltim yang juga didominasi oleh sektor ini,” tuturnya, (26/4).
Dia menjelaskan, OJK pada prinsipnya selalu menekankan sistem manajemen risiko yang memadai kepada jasa keuangan. Sehingga, perbankan memiliki kehati-hatian yang sangat besar dalam menyalurkan kredit. Jika ada sektor yang belum memadai pasti ditahan dulu penyalurannya.
Untuk pertambangan, memang sempat memiliki non-performing loan (NPL) yang cukup tinggi pada beberapa tahun lalu. Namun, tingginya NPL tersebut disebabkan sektor tersebut sedang menurun. Harga jual menurun, produksi juga demikian. Sedangkan saat ini sektor ini sedang mengalami peningkatan, harganya sangat tinggi jadi wajar jika lembaga jasa keuangan menyalurkan pembiayaan ke sektor ini.
“Pada 2014-2019 kemarin, harga (batu bara) turun sekali, sehingga wajar terjadi peningkatan rasio kredit bermasalah pada sektor batu bara. Sedangkan pada 2022, sektor ini kembali menjadi primadona, bahkan memiliki harga tertinggi sejak beberapa tahun ini, maka kreditnya juga membaik,” jelasnya.
Perbaikan harga batu bara ini, menurut Made dimanfaatkan momennya oleh perbankan. Bahkan tidak hanya perbankan namun juga perusahaan pembiayaan. Penyaluran pembiayaan di wilayah Kaltim per Februari 2022 tercatat sebesar Rp 14,65 triliun, meningkat sebesar 32,13 persen dibandingkan posisi Februari 2021 yang tercatat sebesar Rp 11,08 triliun.
Berdasarkan sektor ekonomi, nominal pertumbuhan penyaluran pembiayaan tertinggi, yaitu pada sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar Rp 1,94 triliun atau tumbuh sebesar 56,61 persen. “Jadi, di perusahaan pembiayaan itu biasanya alat-alat besar pertambangan dikredit di perusahaan pembiayaan (leasing). Permintaannya sudah mulai tumbuh sehingga, sektor ini di perusahaan pembiayaan mulai mendominasi,” tutupnya. (ndu/k15)
Catur Maiyulinda
@caturmaiyulinda