JAKARTA – Industri tekstil terdampak positif oleh permintaan selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri tahun ini. Kementerian Perindustrian memprediksi pertumbuhan 3,5 persen pada semester I 2022 ini. Namun, pelaku usaha meminta kepada pemerintah untuk mempertahankan demand itu dari serangan produk impor yang ilegal.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan bahwa permintaan produk tekstil menjelang Lebaran diperkirakan melonjak hingga 70 persen dari bulan sebelumnya. ”Jadi, posisi barang saat ini sudah di ritel. Kami perkirakan demand di ritel naik 60–70 persen dari bulan sebelumnya,” ujarnya.
Redma menjelaskan, permintaan itu turut mendongkrak utilisasi industri tekstil dalam negeri. Khususnya sisi hulu. ”Di sisi hulu, dari Februari sampai Maret sudah ada kenaikan utilisasi 20–15 persen,” tambahnya.
Redma berharap momentum peningkatan demand tersebut tidak terganggu dengan gempuran produk impor yang masuk melalui marketplace. ”Ada kekhawatiran dari industri ketika sudah memproduksi dari hulu hingga hilir. Kemudian, hilir sudah berjualan. Yang terjadi justru produk lokal disikat barang-barang impor ilegal,’’ bebernya.
Menurut Redma, pihaknya telah mengirimkan surat kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi dan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita agar mau memperhatikan hal tersebut. ”Kami minta untuk ditertibkan dan ditindak tegas. Baik pelapaknya maupun platform online yang memfasilitasi penjualan barang ilegal,’’ katanya.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menambahkan, permintaan terhadap industri tekstil meningkat 30 persen pada Ramadan 2022 dibandingkan tahun lalu. ”Peningkatan terutama terjadi di sektor pakaian jadi. Baik skala industri maupun industri kecil menengah (IKM),” ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian memproyeksikan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh 3,5 persen pada semester I/2022, terdorong momen Lebaran dan pembukaan mudik.
Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Elis Masitoh mengungkapkan, seusai Lebaran, TPT juga berpeluang melanjutkan pertumbuhan dengan adanya momen tahun ajaran baru dan dimulainya aktivitas belajar tatap muka 100 persen.
”Melihat kondisi ekspor yang meningkat, mulai berjalannya aktivitas masyarakat dan momen persiapan Lebaran, proyeksi pertumbuhan kami 3,5 persen sampai kuartal II 2022,’’ ujarnya.
Sepanjang tahun lalu, industri tekstil dan pakaian jadi diketahui mencatatkan kontraksi 4,08 persen secara year-on-year (YoY). Hanya, pada kuartal IV/2021 kinerja sektor itu sudah terkatrol dengan pertumbuhan 5,94 persen. (agf/c7/dio)