Pengusaha Masih Keluhkan Antrean Solar

- Sabtu, 23 April 2022 | 11:59 WIB
Ilustrasi antre solar
Ilustrasi antre solar

Solar subsidi seperti jadi barang berharga. Karena sulit mendapatkannya. Pengendara truk mesti antre berjam-jam bahkan menginap di SPBU. Kondisi itu sangat memengaruhi biaya logistik.

 

SAMARINDA-Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) solar masih terjadi. Kelangkaan sudah terjadi sejak Maret dan hingga kini belum ada perubahan signifikan. Distribusi bahan pokok (bapok) juga terganggu. Apalagi di tengah Ramadan seiring konsumsi yang meningkat. Hal itu menyebabkan kenaikan harga pada beberapa barang, seiring permintaan yang tinggi di tengah pasokan barang yang terhambat.

Sulitnya mendapat solar subsidi di Kaltim bukan masalah baru. Masalah yang selalu terjadi saban tahun itu dinilai terus menghambat distribusi logistik di Benua Etam. Mulai aktivitas pelabuhan hingga pergudangan akan terganggu, seiring transportasi yang tersendat karena kendaraan angkutan kesulitan mendapat pasokan BBM.

Ketua Dewan Perwakilan Wilayah Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (DPW-ALFI) Kaltim Mohamad Gobel mengatakan, dari sisi logistik tidak ada kenaikan harga. Semua masih sama seperti biasanya. Namun, kesulitan mendapat solar subsidi membuat hambatan dan keterlambatan dalam pengiriman.

“Sebenarnya, tidak ada kenaikan harga kirim barang lewat darat. Namun, jika pemilik barang ingin cepat diantar, mereka meminta memakai Dexlite (solar nonsubsidi). Sehingga, biaya selisihnya dibayar oleh pemilik barang,” tuturnya, Kamis (21/4).

Sebab, saat ini semua barang banyak yang terhambat pengirimannya. Disebabkan, banyak driver truk yang tidak mendapat solar subsidi. Akhirnya harus mengantre di pom bensin bahkan sampai menginap. Antrean truk selalu terjadi hampir di seluruh SPBU. Padahal bila solarnya ada, tidak mungkin terjadi antrean yang panjang. Kelangkaan solar saat ini jauh lebih buruk dibanding sebelumnya.

Akhirnya, terjadi penumpukan di pelabuhan. Sebab, yang seharusnya langsung didistribusikan ke gudang, namun harus tertunda keesokan harinya. Arus distribusi yang terganggu itu bisa berdampak ke inflasi yang meningkat.

Sebab, ada alur distribusi yang terganggu. Barang menjadi lambat didistribusikan ke masyarakat. Sehingga, ada kelangkaan yang membuat gangguan suplai di tengah demand yang masih tinggi.

“Ketika pemilik barang ingin cepat, maka mereka meminta menggunakan Dexlite. Tentu biayanya akan lebih mahal, karena tidak menggunakan solar subsidi. Biaya produksi yang lebih tinggi ini, membuat pemilik barang menaikkan harga. Tapi, kalau dari kami tidak ada kenaikan tarif logistik, yang ada hanya penyesuaian harga BBM. Selisihnya ditanggung pemilik barang ketika tidak ingin menunggu hingga berhari-hari,” katanya.

Kelangkaan solar di Kaltim itu sudah sangat parah. Menurut Gobel, hingga mendekati Idulfitri masih susah juga, tidak ada perubahan. Padahal, konsumsi terus bertambah dan keperluan barang semakin meningkat. Namun, gangguan logistik masih menjadi momok besar. Tidak ada perubahan signifikan terkait kelangkaan solar.

Meski sempat datang ke Samarinda, nyatanya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tidak diarahkan ke SPBU yang antreannya panjang. Seperti SPBU di Sungai Kunjang, yang antreannya sudah sampai depan Mahakam Square. Padahal, pom bensinnya di depan SMA 8 Samarinda. “Jika stok aman, seharusnya para driver tidak perlu mengantre hingga menginap di pom bensin,” sindirnya.

 

DISELEWENGKAN

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X