Partai Islam Diprediksi Paceklik Suara

- Kamis, 21 April 2022 | 11:36 WIB

JAKARTA - Partai politik Islam diprediksi akan menjalani musim yang sulit pada Pemilu 2024 mendatang. Sebab, dibandingkan partai nasionalis, parpol Islam saat ini tengah mengalami gejolak politik yang relatif lebih terjal. 

Hal itu disampaikan Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam dalam diskusi Paramadina Democracy Forum (19/4). Umam menilai, momentum Pemilu 2024 tidak cukup menguntungkan untuk parpol Islam seperti PAN, PKB, PPP dan PKS. ’’Lebih banyak masalah yang dihadapi parpol islam,’’ ujarnya. 

Masalah itu, lanjut dia, khususnya terlihat di partai seperti PAN dan PKB. Mereka memiliki irisan dengan kelompok massa Islam besar yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Di basis Muhammadiyah misalnya, PAN mengalami perpecahan internal. Yakni Amien Rais bersama kelompoknya mendirikan Partai Ummat sebagai kendaraan politik baru. Selain itu, kelompok Din Syamsuddin juga sudah mendeklarasikan Partai Pelita. ’’Amien Rais, beliau masih punya pengaruh yang cukup kuat di basis pemilih masyarakat Muhammadiyah, Pak Din juga sama,’’ ujarnya.

Sementara PKB, dibayangi keputusan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf. Gus Yahya ingin membawa NU jauh dari politik praktis. Hal itu berpotensi menurunkan efek elektoral. Adapun PPP, tengah menjalani tren penurunan yang terus menerus. Bahkan di 2019, nyaris gagal menembus parliamentary threshold. "Hanya lebih dari 0,52 persen dari ambang batas 4 persen," tuturnya. 

Pendapat yang sama disampaikan Cendekiawan Muslim Fachry Aly. Dia menambahkan, problem yang dihadapi PKB cukup pelik. Dia menilai, keberhasilan PKB pada pemilu sebelumya tidak lepas dari eratnya dukungan PBNU di kepengurusan sebelumnya. ’’PKB itu lebih complicated persoalan. Karena hubungan PBNU dan PKB walau secara resmi tidak ada, tapi sangat kuat,’’ tuturnya. 

Meski demikian, Aly menilai, asa perkembangan partai Islam masih ada. Sebab, partai seperti PAN, PKB, PPP dan PKS tidak bergantung pada sosok tertentu. Berbeda dengan partai nasionalis yang bergantung pada figur pemimpin. 

Menanggapi hal tersebut, Ketua DPP PPP Achmad Baidowi mengakui bahwa partai Islam menghadapi tantangan sulit. Bahkan sejak pemilu 1999 hingga sekarang, tren akumulasi suara partai Islam terus menurun. 

Meski mayoritas penduduk adalah muslim, ceruk pemilih partai Islam cenderung stagnan. Yakni berada di kisaran 40 persen. Sehingga sesama partai Islam harus saling berebut. Imbasnya satu sama lain saling menggerus. ’’Kalau PPP naik, maka ada partai (Islam) lain yang turun. Kalau yang turun PAN dan PPP, yang naik PKS dan PKB,’’ ujarnya. 

Awiek, sapaan akrab Achmad Baidowi, mengakui cukup resah dengan situasi tersebut. Apalagi, PPP terhitung kritis karena mengalami tren penurunan suara. Meski demikian, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk bisa lolos ambang batas parlemen. (far/bay)

 

Tren Penurunan Suara Partai Islam

1999: 38,90 persen

2004: 38,34 persen

2009: 28,81 persen

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X