Selain bersentuhan dengan medan berbahaya, prajurit juga turun dalam misi pengabdian masyarakat. Seperti mengajari baca tulis hingga urusan kesehatan.
Ulil M, Balikpapan
yin.khazan@gmai.com
Tiga puluh menit mendebarkan. Bau mesiu. Desingan suara senjata. Longsongan peluru berburu jatuh ke tanah. Di rerimbunan semak dan pepohonan. Peluru melesat dari berbagai arah. Wajah berpeluh keringat. Napas seolah tertahan. Hanya mengandalkan Tuhan dan kecintaan pada Tanah Air. Situasi tersebut berakhir tanpa air mata kehilangan.
Langit masih gelap. Sekitar pukul 3 dini hari waktu setempat. Kelima personel Yonif Raider 613/Raja Alam berhasil menyusup ke daerah kelompok separatis di daerah Intan Jaya, Papua. Setelah melakukan gencatan senjata tersebut, mereka berhasil menangkap dua orang, dua senjata berupa Mouser 7,62 mm dan M16, puluhan butir amunisi serta beberapa dokumen.
Total anggota tim patroli/mobile terdiri dari 30 orang. Mereka harus sedia 24 jam selalu bergerak menuju sektor atau daerah yang tidak kondusif. Tim akan masuk/menyusup untuk menstabilkan. Personel Yonif Raider 613/Raja Alam bertugas selama 11 bulan di Papua, mereka diberangkatkan sejak April 2021 lalu.
Di antara tim yang berhasil menyusup dan baku tembak tersebut, terdapat dua sosok prajurit yang juga putra asli Kalimantan. Selaku tim penindak, Sersan Darius memiliki keahlian membaca jejak. Pria Dayak Bidayuh itu menuturkan, sebelum tiba di lokasi penyusupan, mereka harus berjalan kaki di tengah malam selama tiga jam dan sempat melalui perangkap.
Pria asal Bengkayang, Sungkung, Kalimantan Barat, tersebut berujar, dia tertarik mengikuti tes TNI AD setelah melihat prajurit yang melaksanakan tugas Pamtas RI-Malaysia. Dia bergabung dengan Yonif Raider 613/Raja Alam sejak 2018.
“Puji Tuhan saat kontak senjata semua tidak ada yang terluka,” tutur lulusan SMA 1 Siding, Bengkayang, itu.
Rekan setimnya, yakni Praka Maigolan Samuel merupakan seorang penembak, yang merupakan turunan Dayak Kenyah di Kalimantan Utara. “Saya hanya ingin mengabdikan diri bagi NKRI. Kelompok separatis (Papua) sangat militan yang begitu hapal medan, kami harus selalu mawas terlebih di beberapa daerah lain ada kejadian yang membuat petugas harus kehilangan nyawa. Tentu itu menyedihkan, sehingga pentingnya patroli dilakukan,” ucap anak keempat dari 10 bersaudara itu.
Sebanyak 450 personel Yonif Raider 613/Raja Alam yang berangkat penugasan. Seluruh personel telah dibagi sesuai tugasnya masing-masing. Terdapat sembilan pos yang harus mereka jaga. Lokasinya berada di Puncak Jaya dan Mimika. Daerah pegunungan, di mana suhu berbeda sekali dengan Tarakan sebagai home base Yonif Raider 613/Raja Alam. Suhu di sana bisa menyentuh angka 2 derajat Celsius.
Bila dibentang, jarak sembilan pos mencapai 63 kilometer. Jarak tempuh antar pos 1-1,5 jam. Terhubung dengan jalan raya berupa aspal. Pos berupa barak itu masing-masing diisi 30–80 orang. Seluruh fasilitas telah didukung oleh TNI AD, logistik, air, listrik maupun jaringan telepon.
Wadansatgas Yonif Raider 613 Raja Alam Kapten Inf Mahfudz menuturkan, kenyataan di lapangan kondisi masyarakat Papua cenderung kondusif, namun ada beberapa kelompok menciptakan suatu kondisi yang membuat kehidupan di sana kurang nyaman. Aktivitas masyarakat kebanyakan ialah berkebun dan beternak.
Jemput bola. Sebuah peristiwa tidak terlupakan, bulan Februari lalu ada seorang ibu hendak melahirkan. Setelah mendapat laporan dari pihak keluarga, tim kesehatan segera melakukan evakuasi menuju rumah sakit dengan ambulans yang dikawal kendaraan militer supaya tidak diganggu kelompok separatis.