Nama Purwanto Adi Prasetyo atau akrab dipanggil Purwantobuniar memang tak familiar bagi masyarakat biasa. Tetapi, bagi para dekorator, sosoknya dikenal sebagai professional dalam urusan dekorasi maupun rias pengantin. Kemarin, dia hadir di Kota Beriman untuk melatih puluhan peserta mendekor menggunakan bunga artifisial.
TAHUN penuh perjuangan, 2020-2021 menghadirkan sejarah cukup kelam bagi dunia usaha dekorasi. Berangkat dari itu, Asosiasi Pendekor Indonesia (Aspedi) Kaltim mengajak anggotanya maupun masyarakat yang tertarik dengan urusan merangkai bunga artifisial ataupun dekorasi mengikuti pelatihan yang digelar di The Coast Balikpapan, Rabu (30/3).
Purwantobuniar telah menggeluti dunia dekorasi sejak 2004 di Surabaya. Dulunya dia hanyalah pekerja biasa, bertugas menangani dekorasi klien. Mitraflower adalah tempat belajar dan bekerjanya, sampai dengan pada 2014 sebelum dia mencoba mandiri.
Sepuluh tahun bekerja menjadi bekal pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur tersebut meninggalkan Pulau Jawa. Merantau seorang diri ke Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan. Merintis sejak 2014, hingga akhirnya kini dia telah berhasil mendirikan usaha dekorasi wedding.
Di Tabalong, tak hanya tempatnya mencari nafkah. Namun, di sana bertemu sang istri yang juga mitra kerja, Melkalindani. Keduanya menikah pada 2019. “Istri saya adalah inspirasi saya,” ucap bapak empat anak tersebut.
Sekarang, Purwantobuniar telah menjadi owner dari tiga brand dekorasi miliknya, yakni Sinarbuniar Wedding Dekorasi di Mojokerto, Melka Wedding Dekorasi di Tanjung Tabalong dan yang ketiga Sinarbuniar Borneo di Banjarmasin.
Mas Pur, begitu pula sapaannya selalu belajar dan berinovasi di bawah bimbingan Aspedi Indonesia, sehingga dia mampu menjadi dekorator yang tangguh dan beretika. Dirinya pun tidak pelit berbagi ilmu. Pria kelahiran Mojokerto, 24 April 1981 tersebut juga dikenal tak irit berbicara.
Dengan perkembangan dunia dekorasi sekarang ini, para dekorator Kalimantan menurutnya tidak kalah dibandingkan dekorator di Jawa ataupun Jakarta. Setiap tahun selalu menghadirkan tren baru. Setelah penggunaan warna soft, sekarang tak sedikit klien meminta menggabung warna mencolok dan berani. Bergantung pula keinginan klien.
“Sekarang gila-gilaan, dekorator bisa memiliki banyak referensi dari media sosial dan tidak kehabisan ide. Penggunaan dekorasi di-mix and match. Bahkan dekorator Indonesia terlihat lebih berani mengembangkan dekorasi. Kalau saya pribadi dekorasinya lebih berkiblat ke Thailand,” ungkapnya.
Garansi mutu dan kepercayaan ke klien mengantarkan ke kesuksesan. Step by step, dari semula satu bulan hanya melayani satu klien, hingga sempat kewalahan 60 klien dalam sebulan. Hanya saja situasi pagebluk kemarin sempat membuat dia harus memulai kembali dari awal. Bukan lagi kurang menguntungkan, tapi benar-benar buntung bagi banyak dekorator.
“Dekor rumahan sebelum pandemi masih bagus, tidak hancur seperti sekarang, Rp 30 juta pun masyarakat di Tabalong berani,” celetuknya. Mas Pur juga berujar, Kalimantan diuntungkan karena pernikahan masih bisa digelar walau terbatas, berbeda dengan di Jawa Timur dia benar-benar kesulitan. Perlahan situasi mulai membaik. Walau belum sepenuhnya normal, setidaknya masih ada asa.
Sehingga, dapur keluarganya kembali mengepul. “Corona mengajarkan agar lebih baik lagi dan hati-hati. Terutama soal manajemen dan saving. Teman-teman juga semoga segera bangkit dan semoga harga jasa pernikahan bisa kembali normal,” tutupnya. (ndu/k15)
Ulil Muawanah
[email protected]