Kenali Gejala Alopecia Aerata yang Diidap Jada Pinkett-Smith

- Selasa, 29 Maret 2022 | 11:23 WIB
Jada Pinkett-Smith dan Will Smith. (AP)
Jada Pinkett-Smith dan Will Smith. (AP)

Terdapat beberapa gejala yang mengarah pada penyakit alopecia aerata. Penyakit itu diidap Jada Pinkett-Smith, istri Will Smith yang tampil di gelaran Oscar 2022 atau Academy Awards 2022 tanpa rambut.

Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi dari Rumah Sakit RKZ Surabaya Venny Tandyono mengungkapkan, alopecia areata merupakan penyakit autoimun yang menyerang folikel atau akar rambut. Penyakit itu terjadi ketika sel darah putih yang bersifat autoaktif menyebabkan peradangan di sekitar folikel rambut.

”Sehingga menyebabkan kerusakan folikel atau akar rambut. Alopecia areata ini sering muncul bersamaan dengan penyakit autoimun lainnya. Selain itu diduga juga terdapat peran faktor genetik yang menyebabkan alopesia areata. Sebanyak 10–40 persen pasien dengan alopecia areata mengeluhkan adanya riwayat keluarga yang sama,” papar Venny ketika dihubungi pada Senin (28/3) sore. 

Mayoritas pasien dengan kondisi itu memiliki riwayat stres emosional berat sebelum dinyatakan menderita alopecia. Namun, lanjut Venny, beberapa kondisi lain juga dapat menyebabkan kerontokan rambut.

”Seperti misalnya penuaan, diet yang tidak seimbang, infeksi, penyakit tiroid, anemia, defisiensi mikronutrien, maupun obat-obatan,” kata Venny yang menempuh pendidikan di Universitas Airlangga Surabaya dan Universitas Udayana Bali.

Venny mengatakan, terdapat beberapa kondisi kerontokan rambut yang mengarah pada penyakit alopecia aerata. Di antaranya adalah kerontokan secara tiba-tiba pada area yang spesifik atau tertentu. 

”Indikasi pertama adalah adanya kerontokan rambut yang terjadi secara tiba-tiba dan pada area spesifik atau tertentu saja pada kulit kepala. Itu merupakan tanda awal alopecia areata,” ujar Venny.

Bila berlangsung lama, area kebotakan akan makin meluas, dapat mengenai seluruh kulit kepala maupun area berambut pada tubuh lainnya. Perbaikan spontan dapat terjadi. Sehingga kebotakan tidak terjadi secara menyeluruh.

”Sebanyak 60 persen pasien mengalami sebagian pertumbuhan rambut dalam waktu 1 tahun. Namun perburukan kondisi juga dapat dialami pasien kembali. Biasanya perburukan kondisi ini dialami pasien dengan keterlibatan area rambut di daerah oksiput, perubahan kuku, dan onset (awal munculnya gejala) penyakit di usia dini,” papar Venny.

Indikasi lain, lanjut Venny, adalah kerontokan rambut secara masif selama beberapa minggu. Alhasil muncul area kebotakan di beberapa area kulit kepala. ”Kebotakan muncul dengan permukaan halus, yang semakin lama akan makin meluas dan bila berlangsung kronis dapat menimbulkan kebotakan pada seluruh area kulit kepala (alopesia areata totalis),” kata Venny.

Kebotakan tidak hanya terjadi di area kepala. Selain rambut, dapat pula ditemukan gejala pada kuku berupa cekungan-cekungan kecil pada permukaan lempeng kuku, kuku menjadi tipis, kasar, dan mudah terbelah. 

Venny menegaskan penyakit itu berbeda dengan dampak dari kanker. Kadang-kadang terjadi miskonsepsi di masyarakat yang menyamakan alopesia areata dengan kerontokan rambut akibat kemoterapi.

Alopesia areata memang kondisi kerontokan rambut yang dapat terjadi dengan sendirinya karena proses autoimun yang merusak akar rambut, sedangkan kerontokan rambut pasca kemoterapi umumnya terjadi setelah agen kemoterapi diberikan sehingga agen kemoterapi tersebut mengganggu pertumbuhan atau pembelahan sel matriks akar rambut,” papar Venny.

Pada tahap awal, menurut dia, alopecia areata hanya mengenai area setempat di kulit kepala, sedangkan kerontokan akibat kemoterapi umumnya bersifat difus, terjadi pada seluruh area kulit kepala. Bila berlangsung kronis, umumnya kedua kondisi itu sulit dibedakan secara klinis dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dermoskopi atau histopatologi.

Penyakit itu disebut Venny dapat mengenai laki-laki maupun perempuan. Juga tidak ada kecenderungan mengenai ras atau etnis tertentu. ”Onset (gejala) awal alopesia areata umumnya pada dekade ketiga-keempat, namun dapat muncul pada segala usia. Dikatakan bahwa onset penyakit yang lebih awal berhubungan dengan faktor genetik dan keparahan penyakit yang lebih berat,” terang Venny. (jpc)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X