PONSEL masih dijadikan kambing hitam dalam setiap masalah kesehatan. Misalnya, tangkapan gambar yang memperlihatkan mata melotot dan sedikit keluar dari kelopak mata. Katanya, kondisi itu dialami anak yang sering bermain ponsel.
“Anak Anda main HP, jangan membiasakan anak Anda bermain HP.Sangat berbahaya, bisa terinfeksi radiasi HP dan bisa membutakan.Inilah akibatnya.’’ Demikian penggalan keterangan capture tersebut.
Agar lebih meyakinkan, posting-an yang diunggah akun Facebook Yunita pada 19 Maret 2022 itu memperlihatkan seorang anak yang matanya melotot. Tampak seperti menangis saat bola matanya keluar (bit.ly/MainHPTerus).
Informasi sejenis banyak ditemukan di medsos. Sayang, tidak ada sumber resmi yang menyertai posting-an tersebut. Apakah benar kondisi mata anak itu merupakan dampak dari sering bermain ponsel?
Berdasar penelusuran, foto identik beredar dengan menggunakan video di beberapa kanal YouTube. Misalnya, kanal YouTube GMA Publik Affair pada 22 Februari 2022. Judulnya Brigade: Ang Panaghoy ni Marga. Dalam bahasa Tagalog, Filipina, keterangan itu menyebutkan bahwa beberapa bulan setelah bayi Marga lahir, pihak keluarga melaporkan pertumbuhan salah satu matanya. Tak ada keterangan yang menyebut mata bocah itu sakit karena sering bermain ponsel.
’’Dia menderitasindrom Crouzon, suatu kondisi yang membuat matanya terkulai. Meski demikian, dia tetap memberikan kesenangan untuk TikTok! Tonton video ini,’’ begitu keterangannya.
Video berdurasi 9 menit 41 detik itu memperlihatkan kondisi Marga. Beberapa foto memperlihatkan mata Marga seperti pada umumnya, tapi memang tampak sedikit bengkak. Hingga memperlihatkan situasi identik saat mata balita itu seperti melotot. Anda bisa melihatnya di bit.ly/IdapSindrom.
Soal sindrom Crouzon, beberapa sumber menyebutnya sebagai cacat genetik langka yang ditandai dengan menyatunya sutura (sendi fibrosa) tulang tengkorak sebelum waktunya. Penyatuan prematur (craniosynostosis) itu membuat tengkorak anak tumbuh dengan tidak normal sehingga memengaruhi bentuk kepala dan wajah anak. Juga, memicu gangguan penglihatan.
Berdasar jurnal kesehatan internasional, situs ncbi.nlm.nih.gov menjelaskan, penyakit mutasi gen reseptor-2 faktor pertumbuhan fibroblast bertanggung jawab atas kelainan genetik langka itu. Makalah tersebut melaporkan diagnosis sindrom langka tersebut pada pasien wanita muda berdasar gambaran klinis dan radiografi.
Sejarah mengungkapkan, orangtua memerhatikan perkembangan penonjolan rahang bawah anak ketika dia berusia sekitar satu tahun, dan semakin meningkat sejak saat itu. Ibunya juga melaporkan bahwa si anak kerap menangis dan mengucek mata dengan keluhan sakit kepala. Selengkapnya dapat Anda baca di bit.ly/KasusSindromCrouzon. (zam/c18/jun/luc/k8)
FAKTA:
Mata balita itu menonjol karena kelainan genetik, yaitu sindrom Crouzon. Bukan karena sering bermain ponsel.