Heru Gundul dan Jejak Petualangan Panjang di Alam Bebas, Tanpa Trik dan Stuntman, Kerja Keras dan Sengsaranya Beneran

- Senin, 7 Maret 2022 | 12:18 WIB
Pengambilan gambar Jejak Si Gundul.
Pengambilan gambar Jejak Si Gundul.

Kedekatan dengan alam sejak kecil serta jam terbang sebagai relawan penyelamatan turut menempa Heru Gundul bisa bertahan 15 tahun sebagai presenter tunggal acara petualangan. Dipanggil Gundul sejak kelas II SD.

 

SHAFA NADIA, Jakarta 

TIBA-TIBA saja laju kole-kole yang mereka tumpangi tidak stabil. Oleng, sebelum akhirnya perahu tradisional Papua itu nyungsep ke dalam rawa beserta ketiga orang yang menaikinya.

Gawat! Sebab, itu bukan sembarang rawa, melainkan rawa buaya di Taman Nasional Wasur, Merauke, Papua. Mana lagi musim lepas telur. Artinya, buaya lagi banyak-banyaknya.

’’Kebanyakan yang naikin, mestinya dua orang, tapi ini tiga orang,” kenang Heru Gundul, satu di antara tiga orang yang nyemplung ke dalam rawa tersebut.

Heru berada nun di ujung timur Indonesia itu pada 2016 untuk keperluan pengambilan gambar Jejak Si Gundul, acara petualangan televisi yang tahun ini memasuki tahun penayangan ke-15. Karena itu, begitu kole-kole tenggelam, yang ada di benak Heru justru bukan tentang buaya. Melainkan, bagaimana menyelamatkan kamera.

Dia tak mau perjalanan jauh ke Merauke bersama kru sia-sia karena gambar yang telah diambil tak terselamatkan. Upayanya berhasil meski beberapa alat tetap rusak. Yang lebih penting, tak ada buaya menghampiri. Jadi, ketiganya selamat.

Yang dialami di Merauke itu hanya satu dari begitu panjang cerita-cerita petualangan pria 49 tahun tersebut. Usia 15 tahun untuk sebuah acara petualangan memang sungguh panjang. Dan, sejak awal sampai sekarang, presenter program yang memotret alam, budaya, serta kuliner itu tetap Heru Gundul.

’’Karena Jejak Si Gundul itu program yang menyangkut profil. Kalaupun ada sosok Si Gundul 2, host itu pasti dapat predikat kw. Dan, itu nggak ada yang berani,’’ papar Heru.

Heru yang lahir dan besar di Metro, Lampung, dekat dengan alam sedari kecil. Kebetulan, lingkungan tempat dia dibesarkan mendukung. Dikelilingi hutan, sawah, sungai. Itu pula yang menumbuhkan kegemarannya bertualang.

Pria bernama lengkap Widi Heru Wasana itu ingat, sewaktu kecil pernah menyusul keluarganya yang tengah berlibur ke Jogjakarta sendirian. Ketika itu, dia memang dilarang ikut karena sesuatu hal. Berbekal uang milik orang tua yang dia ambil di lemari, dia nekat berangkat dari Metro. Sehari semalam dihabiskannya pindah dari satu angkutan umum ke angkutan umum lain hingga sampai di Kota Gudeg.

Hari-hari masa kecil hingga remajanya dihabiskan untuk beragam kegiatan yang terkait alam sekitar. Mulai mencari belut, memancing ikan, menguras comberan, sampai mencari buah dan biji karet untuk dijual atau dibuat aduan.

Sejak kelas II SD dia dipanggil Gundul. ’’Sempat numbuhin rambut sepantat pas peralihan SMA-kuliah, tapi tetep orang manggil aku Gundul,’’ kata pria kelahiran 9 Maret 1973 yang berkuliah di Jogjakarta itu kepada Jawa Pos melalui telepon (18/2).

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X