Hipertensi atau penyakit darah tinggi pada perempuan agak berbeda dengan pria. Pada perempuan, penyakit ini dapat dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Salah satu contohnya, perempuan bisa mengalami hipertensi saat hamil.
Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang juga Anggota Pokja Panduan Konsensus InaSH dr. Siska Suridanda Dany, Sp.JP, FIHA, mengatakan, pada perempuan memiliki keunikan dalam hubungannya dengan berbagai perubahan hormonal yang menyertai perempuan sepanjang siklus hidupnya. Siklus hidup perempuan dimulai dengan masa kanak-kanak kemudian diikuti fase remaja, dewasa muda, menopause serta usia tua.
“Dalam setiap fase, terdapat perubahan spesifik gender yang dapat menempatkan perempuan pada risiko hipertensi serta komplikasi yang menyertainya,” jelasnya secara virtual baru-baru ini.
Ia mengatakan hipertensi ditemukan pada sekitar 10 persen kehamilan dan menempati urutan kedua sebagai
kontributor penyebab kematian ibu hamil di negara berkembang. Tatalaksana hipertensi dan komplikasinya pada kehamilan harus mempertimbangkan perubahan hormonal yang terjadi serta kondisi kehamilan yang menyebabkan keterbatasan terapi anti hipertensi yang dapat diberikan.
Hipertensi Akibat Kontrasepsi
Penggunaan obat kontrasepsi hormonal juga merupakan salah satu aspek spesifik gender terjadinya peningkatan tekanan darah. Hipertensi terkait pil kontrasepsi didapatkan pada sekitar 2-5 persen perempuan dengan tekanan darah yang awalnya normal, sedangkan pada perempuan hipertensi, peningkatan tekanan darah terjadi pada 9-16 persen pada pengguna pil kontrasepsi. Risiko terjadinya hipertensi ini berhubungan dengan dosis dan jenis kontrasepsi yang digunakan, kebiasaan merokok, usia, adanya riwayat hipertensi di keluarga, serta obesitas.
“Apabila tekanan darah tetap tinggi walaupun telah dilakukan penyesuaian jenis pil kontrasepsi maka pil kontrasepsi harus dihentikan,“ jelas dr. Siska.
Hipertensi Saat Menopause
Saat memasuki fase menopause, hormon estrogen yang berperan penting dalam relaksasi pembuluh darah dan pengaturan tekanan darah, kadarnya akan berkurang. Hal ini menyebabkan gangguan relaksasi dan peningkatan kekakuan pembuluh darah, peningkatan sensitivitas terhadap garam, penambahan berat badan, perubahan metabolisme lemak dan terjadinya penyempitan pembuluh darah.
“Fase ini merupakan masa kehidupan yang kritis untuk terjadinya hipertensi serta penyakit jantung dan pembuluh darah pada perempuan,” kata dr. Siska. “Diharapkan dapat menjadi salah satu pengingat agar perempuan selalu waspada terhadap hipertensi serta
komplikasi yang menyertainya, seperti penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal,“ tutupnya. (jpc)