Upaya Ari Wulu Membawa Gamelan Jadi Bagian Keseharian Dunia

- Senin, 21 Februari 2022 | 11:46 WIB
Ishari Sahida alias Ari Wulu
Ishari Sahida alias Ari Wulu

Baik saat ngeband, nge-DJ, maupun sebagai penyelenggara festival musik, Ari Wulu konsisten mengolaborasikan gamelan dengan alat musik lain. ”Jangan takut gamelan kehilangan jati diri,” katanya kepada mereka yang mengkritik invasi musiknya.

 

FERLYNDA PUTRI, Jogjakarta

 

DI benak Ishari Sahida alias Ari Wulu, memperkenalkan Indonesia di luar negeri itu jangan tanggung-tanggung. Sekalian saja Indonesiakan dunia. Alias, menjadikan keindonesiaan sebagai bagian keseharian di penjuru bumi.

”Kalau orang Indonesia fasih memakai fuck you, misalnya, seharusnya anak-anak muda di Brooklyn, Amerika, juga lancar misuh ’asu!’” kata seniman asal Jogjakarta tersebut.

Salah satu cara Ari Wulu membawa Indonesia ke keseharian dunia adalah melalui gamelan. ”Tapi, saya tidak bisa nggamel,” ujarnya saat ditemui Jawa Pos di base camp Gayam16, Jogjakarta, pada 20 Januari lalu.

Yang dia lakukan adalah memadukan gamelan dengan musik elektro. Ari Wulu memang akrab dengan musik sejak kecil. Papanya, Sapto Raharjo, merupakan seniman kontemporer yang erat dengan gamelan. Terutama gendang.

Sapto juga sejak dulu mengeksplorasi musik dari gamelan dengan teknologi. Poster-poster konser Sapto berjejer di Gayam16. ”Tapi, sejak kecil saya tidak pernah diajak ngobrol soal musik sama papa. Malah soal teknologi,” ungkap Ari Wulu.

Namun, sejak kecil Ari Wulu mengenali tempat atau benda dengan suara. Telinganya lebih banyak mendeskripsikan sesuatu ketimbang matanya. ”Misalnya, ketika ditanya kedai kopi, saya mendeskripsikannya suara orang ngobrol, bunyi mesin kopi, suara motor, dan musik yang lirih,” paparnya.

Meski di lingkungan pertemanan papanya banyak yang bisa nggamel, Ari Wulu muda justru lebih akrab dengan musik rock dan MTV. Pada 1992, saat masih duduk di bangku SMP, dia dan dua temannya membentuk grup band.

Tahun-tahun itu, jauh sebelum YouTube dan Spotify eksis, memang masanya anak nongkrong MTV. MTV menjadi jendela terdepan penghubung anak-anak muda di sini dengan jagat musik di luar sana.

Yang membedakan, Ari Wulu dan teman-temannya mulai memasukkan unsur gamelan. ”Ide memasukkan unsur gamelan ini berasal dari guru seni musik saya Pak Navi yang juga pengrawitnya Cak Nun (budayawan Emha Ainun Nadjib, Red),” ungkapnya.

Di sekolahnya, memang ada gamelan. Namun, perspektif pria kelahiran 1979 itu terkait dengan gamelan berbeda. Dia mendengarkan gamelan sebagai sumber bunyi yang bisa dikolaborasikan dengan alat musik lain.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X