SUKARDI WAHYUDI, telah menerbitkan karyanya dalam bentuk antologi tunggal maupun bersama, menerima Anugerah Kesetiaan 30 Tahun “SETYASASTRA NAGARI” dari Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia dan Anugerah SASTRAWAN BERDEDIKASI 2021 Kaltimtara Kantor Bahasa Provinsi Kaltim juga tercatat dalam buku: APA DAN SIAPA: PENYAIR INDONESIA (Yayasan HPI, 2017).
Timang-timang anakku sayang
lagu yang tak pernah usang sepanjang usia
berawal “Kun” dari Tuhan, empat bulan kemudian roh kehidupan berembus
ke dinding rahimmu, ibu
didekap dalam kerinduan dibawa setiap kaki melangkah
kau kenalkan aku wajah dunia dan isinya.
Demi aku sebagai anakmu
Kau telan kehampaan paling dalam
agar air susumu tak kering mengaliri rongga nadi
menjadi napas dalam puisiku hari ini.
Perempuan baja terdepan untuk buah hatinya
tak ada air mata apalagi meminta
kerut wajahmu tanda pengabdian
kurus lemah tulangmu rida keikhlasan
lembut belaianmu semangat yang tak tergantikan
petuah dan katamu adalah arah perjalanan
mahaguru, hingga hidup ini menutup mata.
Ibu hamparan surgaku, baktiku bukan ukuran dan timbangan
juga tak pantas disejajarkan.
Ibu di hadapanmu, aku ingin menjadi anak kecil bermain manja
menghangatkan rindu berbalut pelukan sejuk
kasih yang tak terputus oleh waktu.
Dalam hening pasti tak tertahan air mata
untuk melihat wajahmu dalam doa.
Ibu kepada Nyanyian Rimba
Karya: Sukardi Wahyudi
Teriakan bekantan dan tarian enggang
langka terdengar menyuarakan sejuknya rimba raya
menjaga hujan tropis
sebelum hilang dari memori peradaban
dan pohon terakhir tumbang.
Paru-paru tanah Mulawarman terluka
bopeng koreng, menyiksa mata sangat menyedihkan
lubang tambang danau dan sungai buatan
tergores mata pisau di balik senyum tuan
tergusur longsor, banjir bandang titipan hujan
akar rimba raya tercabut dan tak tahan menahan beban kehidupan
menghapus peta budaya
dusun
dan para peladang.
Pemandangan yang mengelus dada
wangi daun meranti dan kayu besi tak ditemukan
sebab damar dan tuba sudah satu rasa
memabukkan keinginan dunia fana
ribuan tahun leluhur menjaga rimba raya
seperti bayang-bayang dan dirinya
seperti rindu dan cintanya
tak bermakna
di tangan-tangan perkasa, tuan?!