Warna Kuning Tradisi Nusantara Sakral dengan Batasan

- Sabtu, 12 Februari 2022 | 10:55 WIB

Muhammad Sarip

Penerima Sertifikat Kompetensi Bidang Sejarah dari Kemdikbub-BNSP

 

Warna kuning punya makna spesial dalam tradisi masyarakat Melayu. Selain berfungsi estetis, kuning juga termasuk warna sakral. Warna yang diadopsi dari simbol matahari dan warna emas ini melambangkan kejayaan, keagungan, kemegahan, serta kesucian. Begitu spesialnya warna kuning, penggunaannya terbatas pada benda dan sarana tertentu yang bernilai sakral. 

Perhatian manusia terhadap estetika pewarnaan menunjukkan berkembangnya masyarakat yang berkebudayaan. Dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (2013: 150–151), Koentjaraningrat mendeskripsikan bahwa kebudayaan mewujud dalam tiga bentuk. Kebudayaan bermula dari gagasan, ide, nilai, dan sebagainya yang bersifat abstrak. Lalu terbentuk sistem sosial yang yang sifatnya konkret. Kemudian terbentuklah benda-benda konkret hasil karya manusia. 

Benda yang diberi warna kuning contohnya beras dalam ritual tabur beras kuning. Tradisi ini banyak dilakukan di Nusantara dalam sejumlah prosesi adat seperti pernikahan, upacara keselamatan, tepung tawar, pesta rakyat, dan sebagainya. 

Contoh berikutnya yang mengistimewakan warna kuning adalah pakaian adat raja dan bangsawan kerajaan. Dalam tradisi Melayu, hanya kalangan elite istana yang boleh mengenakan pakaian berwarna kuning. Namun, kuning bukan warna tunggal kostum para sultan. Ada warna lain yang biasa dipakai seperti hitam dan putih. 

Penggunaan warna kuning untuk pakaian Kesultanan Melayu serupa dengan baju zirah alias kostum perang kesatria Hindu dalam mitologi India. Para kesatria dalam epos Mahabharata umumnya memakai baju zirah berwarna kuning keemasan. Ini berbeda dengan baju zirah Eropa yang umumnya berwarna putih, silver atau gelap. Memang sebelum eksistensi Kesultanan Melayu, sejarah Nusantara dulunya merupakan masyarakat Hindu-Buddha yang terpengaruh India. Akan tetapi, lagi-lagi kuning bukan satu-satunya warna baju perang Hindu-India. Khusus para kesatria kubu Pandawa memakai baju zirah berwarna perak. 

Lampin berwarna kuning juga digunakan sebagai popok bayi Aji Batara Agung Dewa Sakti, yang kelak mendirikan Kerajaan Kutai Kertanegara. Dihikayatkan, bayi Aji ini diturunkan dari kayangan dalam kondisi sudah berbebat lampin kuning. Simbolisasi ini tertulis dalam naskah klasik Surat Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kartanegara beraksara Arab Melayu (1849:3).

Selain lampin kuning, historiografi tradisional Salasilah Kutai juga mencatat adanya kain kuning yang khusus digunakan untuk membungkus kepala orang mati dan kerbau dalam ritual adat klasik (1849: 13). Kain kuning juga digunakan sebagai kelambu atau pembungkus untuk makam yang dikeramatkan. Ritual penyematan kain kuning ini merupakan warisan budaya pra-Islam. Maknanya sebagai pengagungan terhadap ruh orang suci. 

Contoh lain lagi adalah rumah panggung khas Melayu. Secara umum hunian berkonstruksi kayu ini dindingnya dicat kuning. Namun, kuning bukan warna tunggal. Terdapat ornamen lain di rumah Melayu yang berwarna hijau, putih, merah, biru, dan hitam. 

Pengecualian untuk keraton kesultanan bercorak Melayu yang berkonstruksi beton. Ada sebuah keraton yang arsitekturnya bergaya Eropa dan meninggalkan kekhasan Melayu. Seluruh bangunan dari sisi luar tampak dominan warna putih. Istana sultan tersebut sejak masa Orde Baru beralih fungsi sebagai museum. 

Ketika pada awal abad ke-21 pemerintah daerah membangunkan kedaton yang baru, arsitekturnya mengacu wujud bangunan klasik versi kayu. Namun, konstruksinya dari beton. Warna dominan dinding luar adalah putih. 

Sedemikian sakralnya kuning dalam tradisi Melayu-Nusantara, penggunaannya tidak digeneralisasi pada semua benda dan sarana publik. Jika semua ruang dan tempat diwarnai kuning, maka ia bukan lagi warna yang spesial. Bahkan bisa menjelma sebagai politik penyeragaman identitas yang mengabaikan kebinekaan. Elemen kuning sakral sesuai proporsinya. 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X