Cerita Aubrey Situmorang yang Rasakan Panggung Musisi Dunia

- Senin, 7 Februari 2022 | 11:16 WIB
MIMPI JADI NYATA: Aubrey Situmorangmenjadi bassist dalam tur The Life and Music of George Michael yang sudah menyambangi lebih dari 25 venue di Amerika Serikat dan Kanada. AUBREY SITUMORANG FOR JPG
MIMPI JADI NYATA: Aubrey Situmorangmenjadi bassist dalam tur The Life and Music of George Michael yang sudah menyambangi lebih dari 25 venue di Amerika Serikat dan Kanada. AUBREY SITUMORANG FOR JPG

Tahun 2022 menjadi momen manis bagi karier Aubrey Situmorang. Alumni Berklee College of Music itu dipinang untuk menjadi bassist dalam tur The Life and Music of George Michael di Amerika Serikat dan Kanada.

 

MERUPAKAN langkah besar bagi karier musik Aubrey di kancah internasional. Lahir dari keluarga pemusik, Aubrey jatuh hati dengan musik bahkan sebelum usianya genap 5 tahun. Bagi perempuan yang kini berusia 22 tahun itu, melalui musik, merasa lebih gampang meluapkan semua perasaan ketimbang kata-kata.

Kecintaan terhadap musik membuat Aubrey tergerak untuk mempelajari berbagai alat musik. Ketika anak-anak lain seumuran dia menghabiskan waktu untuk bermain, Aubrey mengimbanginya dengan belajar musik. “Umur empat tahun saya belajar piano. Lanjut les biola saat kelas 3 SD. Akhirnya, belajar electric bass pas masuk SMP,” kenangnya. Ditanya alasannya lebih tertarik bas ketimbang alat musik lainnya, Aubrey menjawabnya sederhana. Menurutnya, bas lebih punya kemampuan untuk menaik-turunkan mood sebuah lagu. “Bassist memang jarang jadi sorotan dalam sebuah band. Padahal, bassist punya peran penting. Misalnya, permainan bas yang groovy bisa bikin penampilan band jadi makin enjoy,” ungkapnya.

Ingin lebih serius menekuni dunia musik, Aubrey memilih untuk melanjutkan studi ke Berklee College of Music, Amerika Serikat, pada 2017. Di sana, dia memperoleh beasiswa penuh.

Selama belajar di kampus tersebut, Aubrey bertemu orang-orang hebat yang turut menempa kemampuannya. Di luar kampus, Aubrey pernah menjadi fellow by invitation dalam jazz program di Ravinia Steans Music Institute yang diajar musisi jazz papan atas seperti Rufus Reid, Billy Childs, dan Steve Wilson. Aubrey juga kerap masuk dalam dean’s list.

“Rasanya kayak dicemplungin ke kolam berisi musisi-musisi paling kompeten dari seluruh dunia. Saya punya kesempatan belajar pada bassist terkenal seperti John Patitucci, Victor Wooten, Michael Pope, juga bassist dan musical director Brian McKnight, Chris Loftlin,” ujarnya.

KESEMPATAN KOLABORASI, BANGUN KARIER

Lulus dari Berklee College of Music dengan predikat summa cum laude pada Agustus 2021, sebulan kemudian Aubrey hijrah ke Los Angeles. “Saya merasa di kota tempat Agnez Mo dan Niki Zefanya tinggal banyak opportunity untuk tampil, kolaborasi, dan membangun nama (branding),” katanya. Keseriusannya membuahkan hasil. Dia kerap berkolaborasi dalam proyek bersama musisi-musisi terkenal Indonesia. Sebut saja, Gerald Situmorang dan Monita Tahalea.

Sederet penghargaan juga sudah dikoleksi Aubrey. Salah satunya Charles Mingus Award & Fletcher Henderson Award dari Berklee Jazz Composition Department. Yang terbaru, Aubrey menjadi pemain bas dalam tur The Life and Music of George Michael. Ada kisah unik di balik keikutsertaannya. Awalnya, Riccardo Gresino yang merupakan partner bermusiknya mendapatkan pengumuman audisi di media sosial. Setelah melalui serangkaian audisi, Riccardo berkesempatan untuk menjadi keyboardist dan musical director dalam tur tersebut.

Di tengah masa persiapan, ternyata pemain bas di band itu undur diri. Tanpa pikir panjang, Riccardo membawa Aubrey untuk masuk dalam tim karena skill bermusiknya yang kompeten. Dalam setahun, tur tersebut menggelar lebih dari 25 show di venue dengan kapasitas penonton hingga dua ribu orang. Mereka mengelilingi Amerika Serikat dan Kanada. “Such a dream. Rasanya kayak mimpi jadi nyata. Kami berkesempatan tampil di teater dan venue yang pernah menampilkan artis papan atas, mulai Dream Theater, Steve Vai, Lang Lang, John Legend, BB King, Etta James, Snoop Dogg, dan banyak lagi,” cerita Aubrey dengan penuh semangat.

Dia berharap pada masa mendatang tur itu tak hanya mengelilingi Amerika Serikat dan Kanada. Namun, juga merambah ke Benua Eropa hingga belahan dunia lainnya. Pencapaian yang mentereng tak lantas membuat Aubrey berpuas diri. Perempuan yang juga merupakan composer dan arranger itu masih ingin terus belajar dan menambah pengalaman dengan melakukan berbagai kolaborasi serta mengikuti event-event lain.

”Saya akan terus membuka diri untuk ilmu-ilmu baru dan berbagai proyek lainnya. Saya percaya, usaha tak akan mengkhianati hasil. Jika mau terus berusaha, akan ada jalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi,” tutupnya dengan nada penuh keyakinan. (jpg/dra/k16)

 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X