BALIKPAPAN—Tahun 1960-1970, Lhokseumawe, Aceh merupakan daerah industri kaya minyak dan gas (migas). Tetapi, kondisinya kini berbanding terbalik. Tentu itu memberikan pembelajaran penting pada daerah-daerah lain, tidak hanya Kaltim.
Buaian dari sumber daya alam berupakan energi fosil memang mampu memabukkan. Tetapi, dampak setelahnya bisa sangat merugikan. Kemiskinan bisa terjadi bila dana tidak dikelola dengan tepat.
“Aceh dulu jadi sumber migas terbesar. Kehidupan ekonominya luar biasa. Banyak perusahaan besar hingga 1990-an awal. Mindset industri, dulu kaya sekarang daerahnya banyak tertinggal,” ucap Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Kalimantan-Sulawesi Azhari Idris.
Potensi migas Kalimantan masih cukup panjang, tapi jangan sampai terlena. Terlebih, perpindahan ibu kota negara (IKN) ke Kaltim berpengaruh terhadap capital flow. Permintaan migas juga meningkat. Maka diperlukan energi cadangan agar menambah sumber energi lama. Syaratnya dengan terus mencari potensi dan menambah produksi.
Mencari energi terbarukan agar tidak bergantung terhadap satu sumber energi saja. Baik angin ataupun air bisa dimanfaatkan. “Beberapa orang pernah berkata, tidak apa migas habis ‘kan IKN sudah di sini (Kaltim). Tapi, benarkah seluruh masyarakat bisa hidup makmur? Berkaca dari Jakarta, meski ada istana pun, di sekelilingnya kemiskinan masih tinggi,” bebernya.
Sekitar 2-3 tahun lalu, Azhari sempat melakukan kunjungan rapat ke Qatar. Negara di Timur Tengah tersebut turut dikenal sebagai salah satu produsen migas terbesar. Dari kajian, setelah 150 tahun sumber daya migas Qatar diperkirakan akan habis. Di tengah pertumbuhan serta perekonomian yang melimpah, pemerintah di sana telah memiliki persiapan matang. Mereka telah menanamkan modal dari pendapatan selama ini di luar negeri.
Aset-aset yang dibeli menjadi investasi jangka panjang. Menjadi sumber-sumber ekonomi lain. Sehingga, tidak akan jatuh ketika tak lagi memproduksi migas. Itu pula yang dilakukan Bojonegoro hingga menjadi role model.
Daerah di Jawa Timur tersebut membangun rancangan jangka panjang. Long term plan. Punya dana bagi hasil yang baik, tidak langsung dihabiskan. Pemerintah telah mempersiapkan dana abadi yang bisa digunakan ketika migas yang diperoleh telah habis. “Masyarakat hidup biasa-biasa saja walau ada peningkatan industri. Tidak hidup secara wah. Dan ketika migas habis mereka tidak akan syok,” kata Azhari.
SKK Migas terus berupaya agar minyak zero decline dan lifting minyak terus naik. Sehingga, eksplorasi dan pengeboran terus dilakukan. Pengembangan jumlah pengeboran sumur naik signifikan dibandingkan target pada 2021. Dibandingkan tahun lalu sebanyak 481 sumur, tahun 2022 target pengeboran di atas 800 sumur.
Sebanyak 99 sumur dari Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) sembilan sumur, dan Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) 33 sumur.
“Target SKK Migas Kalsul, yakni gas bisa mencapai 800 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak 25 ribu barel minyak per hari (BOPD). Kami masih punya potensi besar di Selat Makassar. Sekarang juga masih proses transisi untuk pengelolaan menggantikan Chevron dalam mengembangkan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD),” bebernya.
Pemerintah telah menyetujui pemberian insentif fiskal dan telah diberikan kepada PHM, Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), dan Pertamina Hulu Sanga-Sanga untuk menjamin keekonomian industri hulu migas tersebut. Serta mendukung berjalannya proyek-proyek yang telah dicanangkan untuk meningkatkan lifting migas.
Pada awal 2022, SKK Migas dikejutkan dengan temuan cadangan migas baru melalui pengeboran sumur eksplorasi Manpatu-1x (MPT-1x) di Wilayah Kerja (WK) Mahakam, Rig Hakuryu-14 oleh PHM. Temuan tersebut merupakan pertama setelah 11 tahun lamanya.
Merupakan suatu pencapaian dari strategi PHM, dalam meningkatkan cadangan dan mempertahankan produksi migas melalui kegiatan pengeboran eksplorasi serta pengembangan.
“Besar volumenya masih dilakukan pengkajian. Semoga dalam waktu dekat bisa diketahui berapa potensi cadangan dan bisa diproduksikan untuk memenuhi keperluan pasar,” ucapnya.
Tidak hanya di Kalsul, Azhari berharap temuan bisa pula terjadi di daerah. Dan dalam upaya menghadapi target lifting 2022, diperlukan komitmen bersama agar secara nasional tahun ini mampu mencapai target yaitu 703 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan gas 5.800 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Sesuai penetapan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022. Untuk mendukung 1 juta BOPD dan 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030. (rom/k15)
ULIL MUA'WANNAH
[email protected]