BALIKPAPAN – Mengatasi kenaikan harga minyak goreng (migor) yang terjadi sejak akhir Desember. Kementerian Perdagangan memberikan bantuan hingga 11 juta liter minyak goreng ke seluruh daerah untuk dijual dalam operasi pasar. Balikpapan mendapat jatah sebanyak 50 ribu liter.
Dinas Perdagangan (Disdag) Balikpapan sejak 29 Desember – 17 Januari sudah menggelar operasi pasar minyak goreng. Lokasi pertama pasar murah di Kecamatan Balikpapan Barat. Serta terakhir di Kecamatan Balikpapan Timur. Minyak goreng dijual seharga Rp 14 ribu per liter.
Setiap kecamatan mendapat jatah sebanyak 3.000 liter dan setiap KK bisa membeli maksimal dua liter. Totalnya ada 20 ribu liter yang dibagikan kepada enam kecamatan. Artinya, tersisa jatah 30 ribu liter bantuan dari pemerintah pusat untuk membantu masyarakat saat harga minyak goreng melambung tinggi.
Kepala Disdag Balikpapan Arzaedi Rachman mengatakan, sisa 30 ribu liter minyak goreng akan digelontorkan kembali kepada masyarakat. “Saat ini, masih kami atur mekanismenya,” sebutnya. Balikpapan sendiri sudah menggelar operasi pasar minyak goreng lebih dulu sejak 29 Desember.
Sementara di Kaltim, operasi pasar baru diluncurkan secara resmi di Samarinda pada Kamis (20/1). Dia menyebutkan, perlu mekanisme lagi untuk kembali menyebarkan sisa jatah minyak goreng. “Bisa nanti langsung disebar ke pasar atau kami buka lagi di tempat-tempat yang sebelumnya belum ada operasi pasar,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya akan mengadakan sendiri kegiatan pasar murah. Namun, saat momen pertengahan Ramadan, yakni 18 April. Arzaedi menuturkan, Disdag tentu akan melakukan sidak pasar. Khususnya, nanti menjelang puasa untuk menghindari penumpukan yang berpotensi mempermainkan harga di lapangan.
“Nanti, harus ada batas maksimalnya jumlah barang di gudang. Jadi, barang yang tersimpan di gudang adalah barang yang sudah akan didistribusikan,” bebernya. Sehingga, dari proses pengeluaran barang di gudang, pihaknya akan melihat distribusi minyak sudah berjalan baik atau tidak.
“Kalau dia berjalan setiap harinya keluar dari gudang, itu bukan penumpukan, tetapi distribusi berjalan,” imbuhnya. Menurutnya cara ini untuk menekan harga, daripada barang datang setiap hari, lebih baik barang datang dalam waktu sekali untuk kebutuhan seminggu atau sebulan.
Namun, yang tetap perlu dipantau proses barang keluar harus berjalan. Gudang tidak boleh dalam keadaan terus terkunci. Jika barang memang tersedia, maka distribusi harus berjalan setiap hari. “Sementara ini tidak ada kelangkaan. Stok sudah aman sesuai kebutuhan,” tutupnya. (gel/ms/k15)