Beberapa ruas jalan di Sangatta, Kutai Timur (Kutim), kerap terjadi kemacetan. Pasalnya, antrean kendaraan roda enam ke atas kerap memadati tepi jalan yang terdapat stasiun bahan bakar umum (SPBU).
SANGATTA - Mengularnya kendaraan hingga kiloan meter itu tidak hanya terpantau di kawasan perkotaan. Informasi yang dihimpun harian ini, kondisi serupa juga terjadi di beberapa SPBU kawasan pedalaman kabupaten yang terletak di Utara Provinsi Kaltim itu.
Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman mengatakan, antrean kendaraan seharusnya tidak terjadi di Kaltim, yang merupakan provinsi penghasil minyak dan gas bumi (migas), batu bara, dan hasil alam lainnya.
“Jangan sampai semut mati di wadah gula, jangan sampai ayam mati di lumbung padi, jangan ada mobil mogok di dekat SPBU,” singgung Ardiansyah, di sela semarak stakeholder gathering, Pertamina Hulu Indonesia Region 3 Zona 9 Sangatta Field, beberapa waktu lalu.
Politikus PKS itu memiliki alasan kuat menyampaikan permasalahan tersebut. Sebab, masyarakat hanya tahu semua hal merupakan kebijakan pemerintah daerah (pemda). Padahal, semua kewenangan berada pada kendali Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
“Problematika ini menjadi sangat kontras. Kaltim dikenal sebagai penghasil SDA (sumber daya alam) dan energi yang besar. Ternyata hanya untuk memenuhi kebutuhan BBM (bahan bakar minyak), masyarakat masih sering antre,” sebutnya.
Dia mengaku pernah berkoordinasi dengan jajaran Pertamina di Balikpapan. Ternyata, kebijakan distribusi BBM di setiap SPBU diatur SKK Migas. Di hadapan manajemen Pertamina Sangatta Field, Ardiansyah meminta pesan ini disampaikan kepada SKK Migas.
“Supaya masalah ini diperhatikan. Antrean kendaraan tidak terjadi satu atau dua kali. Sudah menjadi pemandangan setiap hari,” pungkasnya. (kri)
M Yodiq
muh.yodiq@gmail.com