Empat tahun masuk kategori usia emas. Ingatannya masih sangat kuat. Termasuk terkait peristiwa pilu dilaluinya di turunan Muara Rapak, Jumat (21/1) pagi.
===================
Tubuh mungil dibalut kemeja biru itu tidak mengalami luka. Dia duduk sembari asyik bermain gim daring. Namun, bocah empat tahun bernama Azka itu masih begitu jelas mengingat tabrakan beruntun di Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1) pagi.
Azka berada di mobil city car merah bernopol KT 1887 NT. Dia bersama kedua orangtuanya, M Yamin dan Marwiah. Keluarga asal Samarinda itu menjadi korban kecelakaan beruntun karena truk tronton yang mengalami rem blong di traffic light Muara Rapak sekitar pukul 06.15 Wita.
Sang ayah mendapat perawatan intensif di RS Dr Kanujoso Djatiwibowo. Sedangkan ibu dilarikan ke RSUD Beriman. Keduanya sempat dalam kondisi kritis. Sementara itu, Azka atas bantuan warga sekitar diantar ke Klinik Ibnu Sina, lokasi terdekat dari tempat kejadian.
Sedari pagi hingga siang hari, Azka menunggu di salah satu kantor manajemen Klinik Ibnu Sina didampingi petugas UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) DP3AKB Balikpapan. Psikolog UPTD PPA Nurul Mahmudah Umar bersama staf lainnya mencoba mengalihkan perhatiannya.
Mereka menghibur balita ini dengan menyuguhkan tontonan Avatar dan Upin Ipin, series hiburan favorit anak seusianya. Sekotak susu cokelat, wafer, dan roti sudah habis menemani Azka yang bermain handphone. Melihat sang bocah mulai bosan menonton, gim daring menjadi hiburan selanjutnya.
Setelah itu, Azka diajak untuk menggambar. Opsi hiburan di dalam ruangan tersebut memang terbatas. Sehingga psikolog berusaha mencari cara untuk menghiburnya. Ketika disuruh menggambar, Azka memilih menulis huruf hijaiah atau alfabet Arab.
Psikolog tetap mendampingi sembari mengajak Azka berbincang agar dia terus teralihkan. Tujuannya agar tidak mengingat kejadian yang baru menimpanya. Azka pun pandai bercerita. Dia selalu menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan psikolog. Sekali lagi, cara ini untuk mengalihkan perhatiannya. “Aku besok mau pergi ngaji,” tuturnya.
Dalam sela-sela obrolan, dia bercerita bagaimana kondisinya di dalam mobil nahas tersebut. Kejadian ini berulang kali. Saat asyik bermain dan bercerita, tiba-tiba dia kembali menuturkan kondisi kecelakaan.
“Ban sudah kempes, mobilnya rusak. Aku mau keluar tapi tidak bisa. Kacanya tidak bisa terbuka, pintunya. Untungnya ada Pak Ustaz yang gendong,” ujarnya. Itu yang kerap dia ucapkan. Ketika memori itu muncul, psikolog segera mengalihkan perhatian dengan mengajak ngobrol dan makan.
Setelah beragam permainan, Azka merasa lelah dan tertidur di atas meja sekitar pukul 12.00 Wita. Dia yang didampingi tiga orang dari UPTD PPA cukup lama berada di dalam ruangan tersebut. Mereka sambil menunggu kepastian kerabat Azka yang akan menjemput.
Setelah kejadian, Azka sempat bertemu teman orangtuanya yaitu Afifah Nursadilah yang menjenguk ke Klinik Ibnu Sina. Perempuan yang akrab disapa Dila ini sudah tidak asing untuk Azka. Bahkan saat Dila berkunjung, dia langsung mengenali dan sempat bercerita tentang kondisinya.
Kepada Kaltim Post, Dila mengaku sangat mengenal keluarga M Yamin tersebut. Mereka saling kenal karena berada dalam perkumpulan komunitas suku Bima, tepatnya Ikatan Keluarga Bima Dompu (Ikabido). Mereka sudah akrab karena kerap bertemu dalam acara komunitas tersebut.