SAMARINDA–Banjir di Jalan Pramuka dan Jalan Perjuangan menjadi persoalan menahun yang belum bisa dituntaskan. Saat warga Kelurahan Sempaja Selatan bergotong royong, Minggu (16/1) lalu ditemukan beberapa masalah. Seperti pembangunan drainase di Jalan Perjuangan Baru belum tuntas.
Juga ada penyumbatan aliran kawasan gedung baru kampus Universitas Mulawarman. Dan, tidak adanya sodetan dari outlet drainase kampus menuju Sungai Karang Mumus (SKM).
Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi, Kamis (20/1) sore, melakukan pemantauan pada aliran drainase di dua jalan tersebut. Menurut Rusmadi, drainase di sana cukup baik. Dilihat dari pantauan hujan sekitar 3 jam dengan intensitas sedang, biasanya banjirnya lebih 2 jam.
“Kini hanya sekitar 1 jam. Artinya hasil gotong royong kemarin berhasil mengurangi dampak,” ucapnya, Jumat (21/1).
Pihaknya telah meminta tim swakelola (hantu banyu) dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda untuk rutin membersihkan sedimentasi di kawasan ini. Begitu juga sodetan dari outlet drainase di kawasan gedung baru Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (Kesmas) juga tengah dibuat, sehingga aliran drainase yang ada bisa lebih lancar.
Dia berharap, pihak Unmul bisa mengkaji untuk pembuatan manhole agar tim pembersihan bisa masuk leluasa mengangkat sedimentasi. Di lapangan tingginya air saluran Sungai Bekitik (aliran drainase Jalan Perjuangan Baru menuju SKM) menyulitkan tim masuk ke drainase.
“Belum lagi kendala karena di bagian atas tidak ada manhole untuk masuk. Kalau ada itu, tim bisa leluasa memelihara,” ujarnya.
Dia menambahkan, agar warga bisa menjaga kontinuitas kegiatan gotong royong minimal satu bulan dua kali. Dengan aksi ini terbukti telah mengidentifikasi dan mengurai permasalahan sosial yang ada misalnya berkaitan banjir atau sampah.
“Harus terbangun kolaborasi antara masyarakat, perusahaan, dan akademisi untuk membantu mengentaskan banjir dan persoalan sampah di Samarinda,” tutupnya. (kri/k8)
DENNY SAPUTRA
@dennysaputra46