JAKARTA – Direktur Tindak Pidana Narkoba (Dirtipid Narkoba) Bareskrim Brigjen Krisno Halomoan Siregar tidak mau berlama-lama menyimpan barang bukti narkotika. Kasus narkotika yang baru saja terungkap 17 Desember 2021, dengan barang bukti berupa 222 kg sabu-sabu, langsung dimusnahkan.
Pemusnahan itu bersamaan dengan barang bukti narkotika dari tujuh kasus lain. Brigjen Krisno memerinci, barang bukti yang dimusnahkan terdiri atas empat jenis, yakni 224 kg sabu-sabu; 13,8 kg ganja; 200 ribu butir ekstasi; dan 47.500 butir erimin atau happy five. ”Semua itu dari delapan kasus narkotika,” ujarnya.
Kasus terbesarnya adalah dengan barang bukti 222 kg sabu-sabu, 200 ribu butir ekstasi, dan 47.500 erimin yang diungkap 17 Desember lalu. Dia mengatakan, tiga tersangka, yakni FR, HB, dan SJ, yang membawa semua barang bukti tersebut. ”Dari delapan kasus, yang terbaru diungkap 2 Januari 2022 dan paling lama 27 November 2021,” terangnya.
Narkotika tersebut dimusnahkan dengan dibakar menggunakan insinerator. Sebelum dibakar, setiap barang bukti diuji di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri.
Menurut dia, dari delapan kasus tersebut, 21 orang telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka ditangkap di Aceh, Jawa Barat, dan Jakarta. ”Semua harus mempertanggungjawabkan perbuatannya,” urainya.
Dengan menggagalkan peredaran semua narkotika tersebut, Dittipid Narkoba mengklaim mampu menyelamatkan total 1,2 juta jiwa warga Indonesia. Perinciannya, untuk sabu-sabu seberat 224 kg dengan asumsi bisa digunakan 4 orang setiap gram, 976 ribu jiwa diselamatkan. Lalu, untuk ganja seberat 13,8 kg yang bisa digunakan meracuni 1 orang per gram, diselamatkan 4.600 jiwa.
Sementara itu, ekstasi sejumlah 200 ribu butir bisa digunakan 1 orang tiap butir. Dengan begitu, 200 ribu jiwa diselamatkan. ”Erimin juga bisa digunakan 1 orang tiap butir sehingga menyelamatkan 47.500 jiwa,” jelasnya. (idr/c19/ttg)
