Sempat Terpuruk saat Bom Bali, Bangkit ke Bidang Perhotelan

- Sabtu, 15 Januari 2022 | 11:23 WIB
Wied Paramartha
Wied Paramartha

Wied Paramartha sudah telanjur jatuh cinta dengan perhotelan. Meski kuliahnya dulu di jurusan teknik.

 

CATUR MAIYULINDA, Samarinda

 

BE valuable not just available. Sebuah prinsip yang selalu ditanamkan dalam kehidupan seorang Wied Paramartha. Suami dari Betty Ninggulan itu berhasil menduduki jabatan strategis di salah satu hotel ternama di Samarinda. Meski sebelumnya perhotelan menjadi salah satu sektor yang tidak pernah dipikirkan untuk menjadi sumber kehidupannya. Sebab, perhotelan jauh dari pendidikan yang dia tempuh di S-1 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jurusan Teknik Fisika.

Pariwisata terbilang cukup jauh dari pendidikannya, tapi tak jauh dari kampung halamannya di Bali. Sebagai anak laki-laki dari Bali, putra dari Nyoman Latra Wisnawa dan Sri Kus Susiati itu, setelah menempuh pendidikan diharuskan pulang ke Pulau Dewata. Sebagai sektor unggulan, sulit rasanya menghindar dari kerja di sektor pariwisata saat di Pulau Seribu Pura itu.

“Di Bali ini tidak banyak pilihan pekerjaan yang sesuai pendidikan saya di teknik fisika. Jadi, mau tidak mau di Bali itu adanya industri pariwisata,” katanya ditemui di Swiss-Belhotel Borneo, Samarinda, Rabu (12/1).

Untungnya, ayah dari tiga orang anak itu sebelumnya sempat menempuh pendidikan di Shinmei & Meat Center di Tokyo, Jepang. Lalu menjadi dosen Pariwisata IWN Surabaya. Dari sini, kemampuan bahasanya menjadi salah satu keunggulannya masuk ke dunia pariwisata.

Di sektor tersebut, ayah dari Putu Ayu Dewi itu memulai kariernya sebagai tour guide sekitar tahun 1992. Setelah jadi tour guide, bertemu dengan banyak orang, menemani tamu dari luar negeri tentunya sekaligus berlibur. Bahkan tour guide itu didalami hingga menjadi pemandu wisata yang profesional, dipercaya tidak hanya di Bali namun sampai Jakarta.

“Setiap hari antar-jemput tamu di hotel, mulai tertarik kayaknya enak kerja di perhotelan. Meski tidak punya pendidikan perhotelan namun kemampuan bahasa saya bisa dipertimbangkan,” tutur pria yang lahir di Denpasar, 2 Januari 1967 itu.

Jabatan pertamanya di hotel, adalah guest relation officer. Meski jatuh cinta dengan perhotelan, namun pria yang memiliki hobi olahraga itu juga berkeinginan menjadi seorang owner.

Sehingga, berpikiran untuk terjun ke dunia travel agent. Setelah menjadi karyawan di travel agent, pria yang sempat menggeluti banyak bidang itu sukses memiliki travel agent. Namun, Bom Bali pada 2004 lalu, merenggut bisnis pertamanya itu.

Dari kegagalannya itu, membuatnya harus kembali lagi ke perhotelan sejak 2005 sampai sekarang. Posisi general manager juga tidak semudah itu didapatkannya. Harus melewati banyak jabatan, seperti sales manager hingga berhasil menduduki general manager di Lombok Plaza Hotel & Convention Center, di Mataram pada 2010 selama dua tahun.

“Dua tahun di sana, saya pulang kampung ke Bali, dan berhasil menduduki jabatan GM (general manager) di Best Western Kuta Villa, dan beberapa hotel lain di Bali, sampai menduduki GM di Aston Samarinda pada 2016,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB

Di Balikpapan, Kunjungan ke Mal Naik 23 Persen

Senin, 15 April 2024 | 17:45 WIB

Libur Lebaran, Okupansi Hotel di Kaltim Meningkat

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB

Supaya Aman, Membeli Properti pun Ada Caranya

Senin, 15 April 2024 | 10:30 WIB

Neraca Dagang Kaltim Surplus USD 1.433,67 Juta

Sabtu, 13 April 2024 | 19:40 WIB

Operator Tingkatkan Kapasitas Jaringan 32 Persen

Sabtu, 13 April 2024 | 17:35 WIB
X