Cerita Sinar Sembiring yang Terus Eksis Bersama Amplang Sibayak

- Rabu, 12 Januari 2022 | 10:54 WIB
Sembiring dan istri dengan produk amplang Sibayak.
Sembiring dan istri dengan produk amplang Sibayak.

Belasan tahun bertahan, ini rahasia sukses Muhammad Sinar Sembiring-Siti Suparti menjaga nama Amplang Sibayak tetap mekar dan tumbuh.

ULIL MUAWANAH, Balikpapan

PINTU kaca yang bergeser membuat sensor gerak diaktifkan untuk memutar rekaman suara selamat datang. Menyapa para pengunjung yang datang ke toko. Layanan layaknya hotel bagi para tamu pun diberikan. Menjamu dengan welcome drink. Menjadi ciri khas Toko Amplang Sibayak di Jalan Jenderal Sudirman, Stalkuda arah ke Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS), Balikpapan.

Toko tersebut berdiri sejak 2006. Buah usaha dari pasangan suami-istri, Muhammad Sinar Sembiring dan Siti Suparti. Tidak asing, keduanya dikenal sebagai juragan amplang asal Kota Minyak. Sama-sama perantau, Sembiring datang ke Balikpapan pada 1975 untuk bekerja di sebuah perusahaan kontraktor migas. Sedangkan sang istri, yang merupakan warga Gunung Kidul, Jogjakarta, datang ke Balikpapan setahun kemudian, 1976 mengikuti sang paman.

Tidak langsung menggeluti amplang, semula Siti menjalankan usaha penjualan alat tulis kantor (ATK) dan fotokopi. Mengingat letak toko di dekat perkantoran serta markas Brimob Polda Kaltim di seberangnya, lambat laun, pada 2010 memutuskan untuk melebarkan usaha ke pasar kuliner, khususnya oleh-oleh khas Kaltim apalagi bila bukan amplang.

Ini mengikuti tingginya kunjungan wisatawan serta pekerja ke Balikpapan. “Yang membuat kami mampu bertahan karena kualitas, pelayanan, dan barang yang dijual selalu fresh. Paling menonjol dan jadi favorit itu amplang rumput laut,” sebut ibu empat anak dan nenek dari lima orang cucu tersebut.

Di sini bisa ditemui ragam kerupuk amplang kuku macan, misalnya amplang tenggiri, bandeng, belida, kepiting maupun rumput laut. Bahkan Toko Sibayak menjadi pelopor yang memperkenalkan amplang berbahan rumput laut. Produk-produk itu mereka peroleh dari produsen asal Balikpapan maupun Samarinda.

Selain amplang, terdapat berbagai produk lain khas seafood maupun kuliner lain, gula merah, minuman herbal siap minum hingga aksesori perempuan seperti baju maupun masker. “Selama pandemi, ada beberapa minuman siap santap seperti jahe gula merah, jahe bajakah, dan jahe bawang dayak yang kerap repeat order,” terang Suparti yang lahir di Jogjakarta pada 15 Juli 1954 tersebut.

Memiliki filosofi, pemilihan nama Sibayak bukan tanpa alasan. Sibayak merupakan sebuah nama gunung di daerah Sumatra Utara yang memiliki pesona alam sangat indah. Serta menjadi daerah wisata favorit para pelancong, baik wisatawan dalam ataupun luar negeri. Sembiring juga menuturkan, selain dikarenakan lekat dengan kampung halamannya, Gunung Sibayak amat kesohor dan mudah diingat.

"Sama seperti Bromo, Gunung Sibayak mudah sekali didaki yang membuat banyak turis datang ke sana. Itulah kenapa kami mengambil nama Sibayak. Yang secara filosofi, berarti insyaallah kami pun berharap dapat juga mencapai sukses dan terus mampu bertahan ke generasi kami seterusnya layaknya gunung yang selalu kokoh berdiri," ujar Sembiring yang lahir di Brastagi pada 15 Januari 1951 itu.

Terbukti, sampai detik ini sejak kali pertama berdiri Amplang Sibayak mampu bertahan. Amplang Sibayak telah merambah ke luar daerah bahkan luar negeri, seperti Singapura, Malaysia sampai Negeri Kincir Angin (Belanda). Pelanggan setia pun tak main-main, yakni dari kalangan TNI-Polri dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta ataupun individu dari Penajam Paser Utara (PPU) serta kota tetangga lainnya.

Bahkan, ketika pagebluk Covid-19 memaksa perekonomian yang melesu. Amplang Sibayak nyatanya tetap saja mampu mempertahankan para pekerjanya yang berjumlah 10 orang tanpa ada yang dirumahkan apalagi hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kendati demikian, awal-awal Covid-19 mewabah tentu saja memberikan dampak. Mengingat usaha penyedia camilan oleh-oleh itu bergantung pada wisatawan dalam maupun luar daerah. Terlebih kala pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) masih sangat ketat, tanpa ada penerbangan tentu berpengaruh terhadap pendapatan.

Pengurangan konsumen kata Siti bahkan mencapai 50 persen. Di mana biasanya ramai pengunjung berdatangan terutama kala weekend tiba, namun saat itu mereka harus mengandalkan pelanggan tetap. Dulu sebelum pagebluk, keduanya kerap begadang. Terlebih, bila ada acara serah terima pejabat ataupun kegiatan seremonial lainnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB

Di Balikpapan, Kunjungan ke Mal Naik 23 Persen

Senin, 15 April 2024 | 17:45 WIB

Libur Lebaran, Okupansi Hotel di Kaltim Meningkat

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB

Supaya Aman, Membeli Properti pun Ada Caranya

Senin, 15 April 2024 | 10:30 WIB
X