Jenuh harus di rumah selama pandemi, Andrew Jaya mencari hobi baru melalui dunia maya.
M RIDHUAN, Balikpapan
GREEN house berukuran lebih 150 meter persegi itu “berdampingan” dengan berbagai kendaraan dan alat berat. Di sisi gedung yang terletak di Jalan Syarifuddin Yoes, Sepinggan, Balikpapan Selatan. Yang biasa ditempati Andrew Jaya untuk berkantor.
Di dalamnya, puluhan jenis tanaman tumbuh dalam petak-petak. Semuanya berjenis tanaman air. Biasa digunakan untuk aquascape. Sebuah seni menghias tanaman di dalam air yang dipadukan dengan penempatan objek seperti batu, kayu, dalam wadah seperti akuarium. Dengan menggunakan ekosistem air tawar. “Dimulai ketika awal Covid-19 masuk. Jenuh mau ngapain,” kata Andrew kepada Kaltim Post, awal Desember lalu.
Pemuda 24 tahun itu pertama kali bersentuhan dengan aquascape ketika berselancar di dunia maya. Dan menemukan indahnya tanaman-tanaman air dalam sebuah akuarium. Seketika dia pun mencoba. Bahkan sudah berpikiran membuka usaha di dunia aquascape. Tanaman Anubias jadi pilihan pertama. “Hobi soal tanaman. Dan saya lihat Anubias ini tergolong tanaman yang cantik,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Anubias adalah jenis tanaman air dan semi-aquatic. Banyak tumbuh di tepi sungai dan rawa-rawa bagian tengah dan selatan Afrika. Memiliki bentuk daun hijau yang lebar dan tebal. Tumbuhan itu adalah salah satu tanaman favorit para scaper (sebutan penghobi aquascape) di seluruh dunia. Sebagai pengusaha, Andrew paham. Selain kecantikannya, Anubias memiliki nilai ekonomi yang tinggi. “Akhirnya memberanikan diri untuk mendatangkan Anubias. Waktu itu awalnya habis sekitar Rp 25 juta,” ucapnya.
Meski tergolong tanaman yang mudah perawatan, namun Anubias juga memiliki segudang tantangan. Itu diketahui Andrew dari berbagai literasi. Dari suhu, kualitas air, hingga serangan hama jadi hal yang harus diperhatikannya. Bagi Andrew yang baru pertama kali merawat tanaman air, ini menjadi pekerjaan rumah yang besar. “Pertama rawat di rumah. Langsung budi daya di tank. Kok berhasil. Beranak Anubiasnya,” katanya.
Dari Anubias, dia pun penasaran untuk membudi daya tanaman air lainnya. Akhirnya diputuskan untuk membuat tiga petak untuk bercocok tanam. Hingga perjalanan waktu, akhirnya dirinya bisa memiliki lebih 60 jenis tanaman air. Tetapi prosesnya tidak mudah. Banyak tanaman yang awalnya gagal dibudidayakan. Karena perbedaan antara suhu, paparan sinar matahari, hingga kualitas tanah dan air. “Hampir semua tanaman awalnya didatangkan dari Bogor. Jadi perlu adaptasi,” ungkapnya.
Bermodalkan seratusan juta rupiah, Andrew pun mewujudkan pembuatan farm tanaman aquatik. Bahkan menggunakan jasa konsultan khusus untuk budi daya tanaman air ini. Dari trial and error belasan kali, akhirnya tanaman bisa melewati proses adaptasi tersebut. Hingga kini dia menyebut tak perlu lagi harus mendatangkan tanaman dari luar daerah. Kecuali untuk jenis tertentu yang memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah tetapi cepat penjualannya.
“Seperti Anubias dan Bucepalandra (tanaman asli Kalimantan) masih harus didatangkan. Karena lambat pertumbuhannya. Di sisi lain banyak permintaannya. Tetapi yang untuk jenis stemplant, kami sudah bisa panen sendiri,” jelasnya.
Setelah berhasil melakukan budi daya, Andrew akhirnya membuka usaha yang dinamakan Fresh Water Place. Memasok tanaman air di hampir seluruh toko yang menjual tanaman aquascape di Kaltim. Selain itu, dia menjual online melalui marketplace. Kini farm-nya menjadi yang terbesar di Balikpapan.
“Bisnis dunia aquascape sangat terbuka luas di Kaltim. Apalagi saat pandemi, banyak bermunculan penghobi baru,” tuturnya.
Meski sudah memiliki lebih 60 jenis tanaman, namun Andrew masih fokus pada budi daya Anubias. Maklum, permintaannya yang tinggi dan harganya yang mahal. Termurah, satu batang Anubias Nana misalnya, bisa dihargai Rp 30 ribu. Sementara lainnya bisa ratusan hingga jutaan rupiah per batang.
Biasanya Anubias dihargai mahal jika tergolong varigata. Yakni, sebuah kondisi di mana warna daun yang biasanya hijau mengeluarkan corak warna lain. “Ada saya punya Anubias Panda. Dia ada bentol-bentol putih yang dominan. Per batang harganya Rp 1 juta,” ungkapnya. (rom/k8)