Akibat Lonjakan Kasus di Australia, Perawat Positif Covid-19 Diminta Bekerja

- Kamis, 6 Januari 2022 | 11:12 WIB
Tenaga medis di Australia.
Tenaga medis di Australia.

SYDNEY– Dampak penularan masif Omicron mulai terasa di New South Wales (NSW), Australia. Fasilitas kesehatan kekurangan tenaga medis karena banyak yang harus isolasi. Totalnya mencapai 2.500 orang. Di saat bersamaan, pasien Covid-19 terus berdatangan dan okupansi rumah sakit melonjak tajam.

The Guardian melaporkan bahwa sebagian besar rumah sakit dan klinik kini meminta agar stafnya yang tengah isolasi untuk kembali bekerja. Utamanya para perawat. Para perawat itu menerima panggilan tidak resmi secara verbal, yang intinya meminta agar bertugas. Itu karena meski positif, mereka tidak bergejala. Selama di rumah sakitpun mereka akan memakai APD.

Namun kebijakan ini membuat perawat lain yang sehat menjadi was-was. Terlebih tidak semua perawat yang positif ini dipekerjakan di bangsal pasien Covid-19. Banyak di antaranya yang bertugas di bangsal umum dan merawat pasien non Covid-19. Sejatinya hal tersebut melanggar protokol kesehatan. Staf medis yang positif tetap wajib isolasi mandiri. Mereka tidak boleh kerja sampai batas waktu yang ditentukan atau hingga negatif.

’’Ini seperti sirkus saja,’’ ujar salah satu perawat non Covid-19 yang tak mau namanya diungkap. Dia mengungkapkan bahwa tak semua perawat Covid-19 yang bekerja kembali itu tanpa gejala. Beberapa di antaranya menunjukkan gejala yang jelas seperti bersin dan batuk.

Pihak RS juga berencana mengambil perawat dari luar negeri. Mereka juga memberikan insentif lebih agar para perawat membatalkan cutinya dan tetap bekerja. Jika setuju, mereka akan mendapatkan insentif harian USD 250 (Rp 3,6 juta). Distrik kesehatan lokal (LHD) di wilayah barat NSW bahkan menawarkan USD 823 (Rp 11,8 juta) per pekan di luar gaji bagi perawat yang mau tetap bekerja sepanjang Januari.

Sekjen Asosiasi Perawat dan Bidan NSW Brett Holmes bereaksi. Dia menuding pemerintah terlalu optimis atas sistem kesehatan di wilayah tersebut. Itu karena Perdana Menteri (PM) NSW Dominic Perrottet mengklaim hal tersebut. PM Australia Scott Morrison juga mendukung dengan menyatakan bahwa sistem kesehatan di negaranya bisa mengatasi Omicron dan varian lainnya.

’’Laporan adanya perawat positif Covid-19 yang diminta bekerja menunjukkan tingkat keputusasaan yang kita alami dalam sistem kesehatan,’’ terang Holmes. Dia juga menegaskan bahwa itu bisa membuat banyak orang beresiko tertular, utamanya pada pasien non Covid-19 yang beresiko tinggi seperti lansia. Dia menentang hal tersebut. Meski begitu, Holmes juga memaparkan bahwa kebijakan serupa pernah diterapkan di Eropa dan Amerika Serikat, ketika pandemi mencapai puncaknya tahun lalu.

Tiongkok juga tengah berjibaku untuk menekan angka penularan Covid-19. Setelah Xi’an, giliran kota Yuzhou di Provinsi Henan yang dikuntara. Kota berpenduduk 1,17 juta jiwa itu lockdown mulai Senin malam (3/1). Itu hanya karena ditemukan 3 kasus positif Covid-19 tanpa gejala. Pusat perbelanjaan, museum dan tempat-tempat yang dikunjungi turis sudah ditutup. Layanan bus dan taksi juga dihentikan.

Kemarin (4/1) ada 175 kasus baru di Tiongkok dan 5 di antarnya di Henan. Sejatinya dibanding negara lain angka tersebut termasuk kecil. Tapi bagi Tiongkok yang mengadopsi kebijakan nol penularan, itu adalah kasus penularan tertinggi sejak Maret tahun lalu.

Chile Vaksinasi Satwa Kebun Binatang

Terpisah Kebun Binatang Buin di Santiago, Chile memvaksin sebagian penghuninya. Bukan petugas, tapi binatang yang ada di sana. Yaitu harimau Bengal bernama Charly, orang utan Borneo bernama Sandai dan 8 binatang lainnya. Mereka termasuk golongan spesies yang beresiko tinggi tertular Covid-19.

Vaksinasi dilakukan bukan hanya untuk melindungi para binatang tersebut. Tapi sekaligus sebagai eksperimen guna mengetahui daya lindung vaksin Covid-19 untuk binatang. Vaksin yang tengah dikembangkan itu belum dijual bebas. ’’Ini untuk menguji apakah vaksinnya bisa mengembangkan kekebalan. Jika iya, berapa lama (perlindungannya),’’ tegas Kepala Departemen Kedokteran Hewan di Buin Zoo Sebastian Celis. Chile menjadi negara pertama di Amerika Latin yang memvaksin penghuni kebun binatang. (sha/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X