(Wakil Ketua Komisi Informasi Kaltim dan Mahasiswa Pascasarjana KPI UINSI Samarinda)
Di balik kecamuk pagebluk covid-19, jumlah penjualan komputer pribadi (PC) di seluruh dunia mengalami peningkatan dan menunjukkan pertumbuhan tahunan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.
Sebagaimana dilaporkan lembaga riset global Gartner, total pengiriman PC sepanjang tahun 2020 mencapai 275 juta unit. Angka ini naik 4,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Tempo, 17/1/2021).
Sementara itu, jumlah total ponsel cerdas yang terjual secara global di tgahun 2020 mencapai angka 1,378 milyar unit. Angka ini memang mengalami penurunan 10,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, berdasarkan data yang ada hingga kuartal II 2021, Gartner memperkirakan angka penjualan smartphone di tahun 2021 mencapai 1,535 milyar unit.
Di tanah air, pasar smartphone juga menunjukkan pertumbuhan sepanjang 2020. Firma riset pasar IDC pertumbuhan tipis sebesar satu persen dengan total 36,8 juta unit ponsel.
Gambaran itu mencerminkan kondisi di tengah masyarakat sehubungan respon dan kebijakan protokol kesehatan dalam menghadapi pandemi covid-19. Public policy dalam menghadapi kecamuk virus corona telah meningkatkan “kegunaan” layar cerdas itu. Ia tidak hanya menjadi alat komunikasi, tapi juga mendukung aktivitas work-from-home, pembelajaran jarak jauh, dan kegiatan virtual lainnya.
Dari sudut pandang sosiologi komunikasi, gambaran tersebut merefleksikan relasi yang lebih jauh antara komunikasi dengan masyarakat. Kenyataan itu juga mendasari pandangan yang melihat kontribusi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengumpani lahirnya cara baru berkomunikasi masyarakat global.
kontribusi signifikan dalam mengubah wajah dunia saat ini. Tulisan singkat berikut bermaksud melihat keterkaitan di antara dimensi-dimensi tersebut, terutama tentang posisi individu dalam perkembangan relasi antara komunikasi dan masyarakat kontemporer.
Digital Natives
Istilah pribumi digital (digital natives) pertama kali dikemukakan Marc Presnky untuk menyebut generasi dalam masyarakat informasi yang lahir di era 1990-an. Sebaliknya, untuk generasi yang lahir sebelum itu, ia namakan sebagai imigran digital (digital immigrants).
Marc mengemukakan gagasannya sebagai hasil pencermatan atas kesenjangan yang terjadi di antara kedua generasi tadi (pribumi digital dan imigran digital), sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Marc Prensky (2001) menulis, “Our students have changed radically. Today’s students are no longer the people our educational system was designed to teach.”