Kecerdasan Jangan Hanya Dilihat Dari Angka

- Selasa, 28 Desember 2021 | 10:16 WIB
-
-

Hartoyo
Guru SMAN 3 Samarinda

 

Sebentar lagi musim terima raport dimulai. Orang tua terutama siswa biasanya harap-harap cemas ingin melihat prestasi yang dicapai selama satu semester ini. Nilai bagus tentu menjadi harapan dan akan menjadi kebanggaan.

Meskipun nilai raport dikemudian hari tidak menjamin kesuksesan anak dalam menjalani kehidupan di masyarakat, tetapi dalam sistem pendidikan kita nilai masih menjadi patokan dalam menentukan keberhasilan, misal saat kenaikan kelas, bila ada siswa yang memiliki nilai di bawah KKM dalam beberapa mata pelajaran bisa menyebabkan tinggal kelas.
Jadi wajar kalau anak dan orang tua menjadi gelisah karenanya, seandainya nilai raport tidak dijadikan sebagai penentu kenaikkan kelas maka akan berbeda reaksinya.
Demikian juga saat ingin masuk ke perguruan tinggi melalui jalur undangan (tanpa tes)/SNMPTN yang menjadi persyaratan adalah nilai raport semester 1-5. Bila tidak terjaring atau tidak ingin melalui jalur raport bisa memilih jalur lainnya yang melalui tes yaitu jalur SBMPTN dan jalur Mandiri.

Raport merupakan sebuah dokumen yang menjadi penghubung antara orang tua siswa dengan pihak sekolah (kepala sekolah,guru,wali kelas, bimbingan konseling). Dengan raport orang tua bisa mengetahui perkembangan, mengetahui kelemahan dan kelebihan yang dimiliki anaknya.

Bila ada nilai mata pelajaran yang didapat tidak sesuai harapan maka selama tidak berada di bawah KKM seharusnya tidak perlu terlalu gelisah dan orang tua tidak perlu marah pada anak. Yang perlu dilihat dan diapresiasi adalah semangat dan perjuangan anak dalam belajar, beri semangat dan motivasi agar lain kali menjadi lebih baik.

Perlu dipahami bahwa nilai raport tidak mencerminkan kecerdasan anak secara umum, mengingat kecerdasan anak memang berbeda-beda. Ada anak yang cerdas di matematika tetapi tidak cerdas di bahasa, ada yang cerdas di mata pelajaran ipa tetapi tidak lainnya, dan seterusnya. Orang tua bisa mengamati dengan teliti dan bertanya kepada anak apa yang menjadi minat dan pelajaran apa yang disukai serta apa yang menjadi cita-cita atau keinginan dikemudian hari.

Tidak harus pandai matematika bila bakat dan minatnya pada bidang musik, tidak harus pandai biologi bila tujuannya ingin jadi pengusaha, tidak harus pandai kimia bila tujuannya ingin jadi ekonom, tidak harus pandai fisika bila ingin jadi presiden, dan seterusnya.
Meskipun menjadi pandai pada semua mata pelajaran yang dimaksud itu lebih bagus, tetapi bakat dan minat seorang siswa biasanya menonjol pada bidang tertentu.

Nilai-nilai yang tertera pada rapor menggambarkan pencapaian siswa pada saat itu, bukan dan tidak akan menjamin keberhasilan di lain waktu atau pada semester berikutnya, nilai yang diperoleh bisa saja berubah, bisa naik , bisa turun atau tetap.
Pada saat pengambilan nilai kondisi siswa sangat memengaruhi, mulai dari nilai harian, nilai mid dan nilai semester, bila kurang sehat atau tiba-tiba ada masalah yang mengganggu pikiran itu akan berpengaruh pada pencapaian hasil.

Sementara guru tidak mungkin bisa mendeteksi satu persatu permasalahan yang terjadi pada siswanya. Demikian juga orang tua tidak selalu bisa mengetahui persoalan yang sedang terjadi pada anak. Oleh sebab itu sungguh kurang tepat kalau menilai kecerdasan siswa hanya dari angka-angka yang tertera.

Teori multiple intelligences yang dikemukakan oleh Howard Gardner pakar pendidikan dan psikologi menyebutkan bahwa ada delapan jenis kecerdasan anak. Delapan jenis itu adalah kecerdasan linguistic, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan bermusik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalis.

Silahkan diamati termasuk manakah kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Tentang hal ini lebih detailnya bisa searching di internet.
Biarkan anak-anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat, minat dan potensinya masing-masing, untuk itu anak harus berusaha, mengasah dan berlatih agar potensi dalam dirinya muncul. Sementara orang tua berkewajiban menuntun, mendorong dan memfasilitasinya. (luc)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X