2021, Tahunnya Kejutan Petenis Muda

- Sabtu, 25 Desember 2021 | 12:43 WIB
Emma Raducanu
Emma Raducanu

Sebagian penggemar tenis dunia menyebut bahwa musim 2021 adalah tahun yang tidak menarik di sektor putri. Sektor putri dianggap tak semenarik sektor putra. Karena tidak ada dominasi, sehingga kubu ini menganggap setiap petenis di level dunia bisa menjuarai turnamen mayor selevel grand slam sekalipun.

Bagi kubu lainnya justru sebaliknya. Dua musim terakhir, terutama 2021 merupakan tahun yang sangat menarik karena munculnya banyak kejutan di turnamen-turnamen besar, termasuk grand slam. Dua musim terakhir juga menandai terhentinya era dominasi petenis top seperti Serena Williams. Persaingan menjadi lebih cair lantaran hasil turnamen semakin sulit diprediksi.

Dalam kaleidoskop 2021 tenis putri dunia terangkum empat grand slam yang dimenangi empat petenis berbeda. Itu menjadi bukti bahwa sektor putri sedang melalui proses regenerasi dengan baik. Kali terakhir, hanya Naomi Osaka yang mampu memenangi dua gelar grand slam secara beruntun, yakni Amerika Serikat Terbuka 2020 dan disusul dengan Australia Terbuka 2021 Osaka membuka musim 2021 dengan merengkuh gelar grand slam keempatnya di Melbourne Park.

Namun setelah itu, dia harus berkutat dengan kesehatan mentalnya akibat popularitas dan hubungan buruknya dengan media. Osaka kemudian mundur dari Prancis Terbuka setelah hanya bertanding satu laga. Dia menolak untuk melakukan jumpa pers yang menjadi kewajiban bagi petenis yang tampil di ajang tersebut.

Petenis blasteran Jepang dan Haiti itu kemudian menjadi target kritikan, atau bahkan serangan verbal, terkait pilihannya membela tanah kelahirannya Jepang, ketimbang Amerika Serikat negara yang ditinggalinya selama ini. Kondisinya semakin terpuruk saat pemegang empat gelar grand slam tersebut gagal menyumbang medali bagi Jepang. Padahal, ekspektasi besar diembannya setelah ditunjuk sebagai penyulut api Olimpiade.

Osaka bahkan sempat berpikir untuk gantung raket di usianya yang masih 24 tahun. Namun belakangan, dia menyatakan sudah rindu bertanding di lapangan lagi. Tapi entah kapan. Prancis Terbuka, yang sudah diawali dengan kontroversi mundurnya Osaka, kemudian diakhiri dengan kejuatan besar. Di sanalah Barbora Krejcikova menjuarai Prancis Terbuka di dua kategori sekaligus. Yakni di sektor tunggal dan ganda bersama Katerina Siniakova.

Dia menjadi petenis pertama yang mampu menjuarai dua sektor sekaligus di ajang grand slam sejak Mary Pierce pada 2000. Ranking Krejcikova kemudian melompat jauh ke peringkat ketiga dunia dan berhak tampil di ajang WTA Finals. Sayangnya, di turnamen tersebut Krejcikova kalah di tiga laga beruntun di fase grup.

Setelah keajaiban yang terjadi di Prancis Terbuka dengan kemenangan Krejcikova di dua sektor sekaligus, kehebohan lebih besar terjadi di Amerika Serikat Terbuka. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya seorang petenis yang memulai turnamen dari babak kualifikasi bisa menjuarai grand slam. Ini baru kali pertama terjadi dalam sejarah tenis dunia. 

Dan yang mencatat rekor megah itu adalah petenis belia 18 tahun Emma Raducanu. Bahkan, bursa taruhan di penjuru dunia pun tidak satupun yang berani memprediksi hal ini terjadi. Lebih gila lagi, Raducanu yang masih 18 tahun waktu itu (sekarang 19) tidak hanya menjuarai grand slam dari babak kualifikasi, namun juga memenangi 10 pertandingan yang di lakoni tanpa kehilangan satu set pun. Setelah itu hidup Raducanu berubah drastis. Dia ditabalkan sebagai petenis putri nomor satu di Britania Raya. 

Namun, dengan usia dan pengalamannya yang belum matang, Raducanu gagal tampil konsisten saat menghadapi petenis-petenis 10 besar dunia. Dan sejak menjuarai AS Terbuka, dia belum sekalipun menjuarai satupun turnamen. 

Dia juga kesulitan mencari pelatih baru setelah itu. Hingga November lalu dia memutuskan bahwa Torben Beltz mantan pelatih Angelique Kerber, sebagai pelatihnya. Sebelum Prancis Terbuka grand slam Wimbledon mencatat lahirnya juara baru di sektor putri, Dia adalah Ashleigh Barty. Petenis Australia itu meraih gelar grand slam keduanya setelah pada 2019 menjuarai Prancis Terbuka. Prestasi dan konsistensi Barty mengantarnya menutup musim ini sebagai rangking 1 dunia. (jpc)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nur Anisa Hasrat Berikan yang Terbaik

Senin, 22 April 2024 | 13:45 WIB

Layar Kaltim Pantang Terlena

Senin, 22 April 2024 | 12:45 WIB

Menang di Shanghai, Ini Kata Max Verstappen

Senin, 22 April 2024 | 10:10 WIB

Tinjau Langsung Perkembangan Atlet

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

Serasa Membalap di Atas Es

Sabtu, 20 April 2024 | 14:35 WIB

“Bukan Saya yang Indisipliner”

Jumat, 19 April 2024 | 16:00 WIB

KBL Kembali Digulirkan Akhir Pekan Ini

Jumat, 19 April 2024 | 15:00 WIB

Ingin Gelar Kejuaraan Paralayang Dunia di Kotabaru

Jumat, 19 April 2024 | 14:30 WIB

Karate Fokus Mengasah Psikis

Selasa, 16 April 2024 | 11:30 WIB

Duka Olahraga Kaltim, Polo Berpulang

Selasa, 16 April 2024 | 10:50 WIB
X