Syalma Namira, Mahasiswa, Penulis
Nusa Tenggara Timur (NTT) menyimpan sejuta pesona bagi para pelancongnya. Terlukis jelas di setiap guratan sekujur wilayahnya. Mulai perbukitan, padang sabana, hingga pantai.
PANORAMA NTT sekilas mengingatkan kepada Benua Afrika yang bisa ditemui di berbagai literasi. Terutama padang sabananya yang luas. Menjadikannya sebagai destinasi favorit para pelancong. Salah satu lokasi tujuan yang acap dikunjungi para turis adalah Labuan Bajo.
Wilayah yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat ini terkenal lewat pulau-pulau tak berpenghuni dan perbukitan dengan hamparan rumput yang luas. Beberapa yang tersohor di kalangan para pelancong seperti Pulau Kelor, Padar, Rinca, hingga paling mahsyur, Pulau Komodo.
Predikat sebagai surga tersembunyi bukan lagi bualan setelah saya saksikan sendiri keindahan laut biru dan pantai dengan pasir putih yang masih terjaga kebersihannya. Panjangnya perjalanan yang ditempuh dari Samarinda seketika terbayarkan setelah menyaksikan keindahan-keindahan surgawi itu.
Saya berkesempatan mengeksplorasi Labuan Bajo selama empat hari tiga malam. Selama waktu itu, saya dipandu oleh warga lokal. Salah satunya Siswanto (36), pria yang pernah tujuh tahun bekerja di bidang transportasi udara. Dia memutuskan meninggalkan profesi itu untuk memfokuskan diri pada dunia pariwisata tanah kelahirannya. Menurutnya, potensi alam Labuan Bajo sebagai destinasi wisata begitu menjanjikan.
Siswanto berkisah, nama Labuan Bajo memiliki sejarah tersendiri. Bajo merupakan suku masyarakat dari Sulawesi Selatan. Mereka bermigrasi dan bermukim di sekitar kawasan maritim. Wilayah yang mereka tinggali tersebut bernama Desa Labuan.
Pada hari pertama saya mendaratkan kaki di Bandara Komodo, suasana kehidupan di Manggarai masih sangat tenang. Jalan raya yang tidak terlalu padat, pendatang seolah seperti merasakan pulang ke kampung halaman.
Meski kabupaten tersebut telah menjadi pusat perhatian baru dunia pariwisata Indonesia, keasrian dan kebersihan lingkungan pada setiap sudut jalan masih terpantau dengan apik. Masyarakat yang dahulunya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan petani, kini perlahan beradaptasi. Tidak hanya Siswanto, Nelty (21), pramusaji di salah satu restoran sekaligus penginapan berkonsep rumah hunian.
Perempuan yang tinggal tak jauh dari lokasi ia bekerja tersebut mengaku prospek pekerjaan perhotelan dan pariwisata di sana kian hari semakin menjanjikan, sehingga ia menganggap hal tersebut berpotensi meningkatkan perekonomian NTT dan dirinya. “Banyak juga teman-teman saya yang akhirnya bekerja di bidang ini juga, jadi bagus,” tuturnya.
Pesona Labuan Bajo baru terungkap luas di publik setelah pada 2009, salah satu pulau di Manggarai Barat, yakni Pulau Komodo yang diusung menjadi New Seven Wonders of Nature (7 Keajaiban Dunia). Keberadaan Komodo sebagai satwa purba yang masih eksis hingga kini karena dukungan ekosistem yang baik di pulau tersebut.
Jauh sebelum itu, yakni pada 1998, Presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto, sempat ke Pulau Komodo. Dia menetapkan pulau tersebut sebagai taman nasional yang dilindungi negara. Nah, untuk mengamati Pulau Komodo, ada Labuan Bajo yang ambil peran mendampingi.
Menurut Siswanto, mayoritas turis yang berkunjung rata-rata mengeksplorasi Labuan Bajo menggunakan jasa agen pariwisata yang menawarkan paket berlibur. Mereka yang datang umumnya berkelompok serta mengarungi lautan menggunakan kapal pinisi. Jarak antarpulau di Labuan Bajo biasa ditempuh selama 30 menit hingga paling lama tiga jam.
Untuk Anda yang tidak terbiasa dengan goncangan gelombang laut, obat-obatan sangat disarankan untuk Anda membawanya. Sebab, saat malam, akan melewati selat dengan durasi gelombang kurang lebih 20 menit. “Belum ke NTT kalau enggak merasakan gelombang tinggi,” beber Siswanto kepada para turis.
Berwisata ke NTT sangat membutuhkan daya tahan tubuh yang prima dan istirahat yang cukup. Medan setiap destinasi yang cukup menguras tenaga menjadi tantangan dalam perjalanan ini. Namun, wisata alam tersebut sangat terbayarkan dengan pemandangan yang Anda akan lihat. Serta, pengetahuan baru mengenai kehidupan sosial dan budaya masyarakat NTT. (bersambung/ndy/k16)