Krisis Pangan, Bayi di Afghanistan Jadi Korban

- Sabtu, 4 Desember 2021 | 11:50 WIB
Bayi warga Afghanistan. (CC BY-NC-ND / ICRC / Ronan Guillou)
Bayi warga Afghanistan. (CC BY-NC-ND / ICRC / Ronan Guillou)

 ’’Di sini seperti neraka.’’ Pernyataan itu dilontarkan oleh Dr Nuri, seorang dokter kandungan di salah satu rumah sakit di Afghanistan. Dr Nuri bukan nama sebenarnya. Dia tidak bisa memaparkan di mana rumah sakit tempatnya bekerja. Hampir semua penduduk di Afghanistan masih takut pada Taliban jika ingin mengungkap kebenaran.

Nuri menceritakan bahwa seorang perempuan hamil akan menjalani operasi Caesar. Namun perempuan itu ingin mati saja bersama bayinya. Perempuan itu tidak mampu membayangkan bagaimana dia akan memberi makan anaknya nanti. Dia sangat kekurangan gizi sehingga kecil kemungkinan bisa menyusui bayinya.

’’Bangsal bersalin seharusnya menjadi bangsal paling membahagiakan di rumah sakit manapun, tapi tidak di Afghanistan,’’ tegas Nuri pada BBC. Perempuan melahirkan yang kurang gizi itu bukan satu-satunya. Mayoritas bangsal melahirkan bernasib sama. September lalu ada 5 bayi baru lahir yang mati kelaparan. Bangsal itu juga sudah kelebihan kapasitas. Fasilitasnya kotor karena para pekerja kebersihan sudah tak lagi bertugas beberapa bulan lalu. Pihak RS tidak lagi mampu menggaji. Para dokter yang ada pun bekerja secara gratis. Beberapa klinik bersalin juga sudah tutup. Imbasnya, di bangsal tempat Nuri bekerja, satu kasur bisa diisi 2-3 pasien.

Kekeringan, krisis pangan serta konflik selama beberapa dekade terakhir membuat perekonomian Afghanistan tak kunjung membaik. Pengambil alihan oleh Taliban kini memperburuk situasi. Saat ini perekonomian hampir ambruk. Harga bahan pangan melambung tinggi. Beberapa keluarga bahkan menjual bayi-bayi perempuan mereka kepada orang kaya.

Kelaparan yang ada di Afghanistan saat ini adalah yang terparah. Sekitar 14 juta anak-anak diprediksi bakal mengalami malnutrisi akut pada musim dingin. Sekitar 2.300 fasilitas kesehatan di Afghanistan juga sudah tutup. Para dokter di daerah-daerah pedalaman bahkan tidak memiliki obat dasar seperti parasetamol.

Di Kabul, rumah sakit anak banyak menerima pasien dengan kasus kelaparan akut. RS tersebut kini menampung 150 persen pasien 150 dari kapasitas. Sejak September, setiap pekan lebih dari 4 anak-anak di bawah usia 10 tahun meninggal karena malnutrisi atau penyakit yang terkait dengan kekurangan gizi. (sha/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X