Jepang-AS Siap Bantu Taiwan, Antisipasi Invasi oleh Tiongkok

- Jumat, 3 Desember 2021 | 10:30 WIB
F-16 Viper. AS menjual F-16 Viper ini ke Taiwan.
F-16 Viper. AS menjual F-16 Viper ini ke Taiwan.

TOKYO– Jika Tiongkok menyerang Taiwan, Jepang dan AS siap memberi bantuan. Pernyataan itu dilontarkan oleh Mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe dalam forum virtual yang digelar oleh Institute for National Policy Research (1/12). Wali Kota Taoyuan Cheng Wen-tsan juga hadir. Dia diprediksi bakal menjadi kandidat presiden Taiwan di masa depan menggantikan Tsai Ing-wen.

Abe menjelaskan bahwa kepulauan Senkaku, kepulauan Sakishima dan pulau Yonaguni hanya berjarak kurang lebih 100 kilometer dari Taiwan. Senkaku adalah kepulauan sengketa. Tiongkok menyebutnya sebagai Diaoyu. Karena kedekatan wilayah tersebut, jika sampai terjadi invasi bersenjata ke Taiwan, maka itu akan membuat Jepang juga dalam bahaya besar.

’’Keadaan darurat Taiwan adalah kedaruratan Jepang dan aliansi Jepang-AS juga. Penduduk Tiongkok, khususnya Presiden Xi Jinping, jangan sampai salah paham terkait hal ini,’’ tegasnya seperti dikutip CNBC.

Abe saat ini memang bukan lagi orang nomer satu di pemerintahan. Meski begitu dia adalah pemimpin faksi terbesar di Partai Demokratik Liberal yang kini memimpin di Jepang. Dia masih punya pengaruh kuat di partai. Karena itulah dia berani menegaskan pernyataan jika Tiongkok menyerang Taiwan.

AS memiliki pangkalan militer di Okinawa, Jepang. Jaraknya cukup dekat dengan Taiwan. Pangkalan tersebut akan menjadi titik penting dalam dukungan AS ke Taiwan. AS selama ini terikat dengan hukum untuk hanya memberi Taiwan sarana membela dirinya sendiri. Namun perpolitikan Washington sepertinya berubah.

’’AS dan sekutunya akan mengambil tindakan jika Tiongkok menggunakan kekuatan untuk mengubah status quo atas Taiwan,’’ ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bulan lalu.

Hubungan AS-Tiongkok masih tegang. Mulai dari masalah perang dagang, serangan siber hingga penjualan senjata ke Taiwan. Beberapa petinggi AS bahkan sudah berkunjung ke Taiwan. Itu adalah hal yang tidak pernah dilakukan Negeri Paman Sam tersebut dulu.

Abe memaparkan bahwa Jepang dan Taiwan harus bekerja sama untuk melindungi kebebasan dan demokrasi. ’’Jepang, Taiwan dan semua orang yang percaya pada demokrasi perlu terus mendesak Presiden Xi Jinping dan para pemimpin Partai Komunis Tiongkok lainnya berulang kali agar tidak melangkah ke jalan yang salah,’’ tegas Abe.

Tiongkok di lain pihak terus berupaya untuk memprovokasi Taiwan. Jet tempur mereka kian sering masuk Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan. Kelompok Safeguard Defenders juga memaparkan bahwa Beijing memburu penduduk Taiwan yang bermasalah di luar negeri. Mereka mendesak negara-negara yang menangkap warga Taiwan agar mendeportasinya ke Tiongkok.

Sepanjang 2016-2019, setidaknya 610 warga Taiwan telah diekstradisi ke Tiongkok dari berbagai negara. Rata-rata adalah pelaku kejahatan penipuan via telepon. Mereka ditangkap di beberapa negara Asia seperti Filipina dan Kamboja. Langkah Tiongkok tersebut dilakukan untuk melemahkan kedaulatan Taiwan. Beijing ingin mengisolasi Taipei dari negara-negara lain di dunia.

’’Mereka yang diekstradisi ke Tiongkok menghadapi penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, penghilangan paksa, dan pengakuan paksa yang disiarkan televisi,’’ bunyi pernyataanSafeguard Defenders seperti dikutip Agence France-Presse. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin tentu saja menampik tudingan terebut dan menyatakan itu tidak berdasar.

Taiwan di lain pihak sudah berupaya agar warga negaranya tidak dibawa ke Tiongkok. Usaha serupa juga dilakukan oleh Dewan HAM PBB. Namun tekanan Tiongkok pada negara-negara kecil yang menangkap warga Taiwan jauh lebih besar.

Tiongkok dan Taiwan pernah membuat kesepakatan pada 2009 lalu. Yaitu bahwa polisi dari kedua belah pihak akan mengembalikan pelaku kejahatan di luar negeri ke wilayah masing-masing.

Saat ini memang baru beberapa negara yang mengakui secara penuh kemerdekaan Taiwan. Karena itu kadangkala warga Taiwan yang ditangkap di luar negeri dianggap sebagai orang Tiongkok. Atas dasar itulah, kesepakatan itu dibuat. (sha/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X