Inovasi Prof Anne Zulfia Syahrial dan Tim Olah Ampas Kopi Jadi Material Baterai Listrik

- Jumat, 3 Desember 2021 | 10:01 WIB
Prof Anne Zulfia Syahrial
Prof Anne Zulfia Syahrial

Prof Anne Zulfia Syahrial dan tim memanfaatkan ampas kopi setelah tahu betapa banyaknya yang hanya berakhir sebagai limbah buangan. Pengembangan selanjutnya menggunakan botol bekas air mineral.

 

M. HILMI SETIAWAN, Depok

 

DI berbagai kafe, kedai, atau warung, ampas kopi hanya menjadi limbah yang dibuang. Namun, lain ceritanya di Cafe 04 di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). Sisa di gelas para penikmat kopi itu punya umur yang panjang.

Tepatnya sejak Prof Anne Zulfia Syahrial bersama tim mulai memanfaatkan limbah kopi menjadi material baterai litium untuk kendaraan listrik pada 2018.

’’Kami ambil limbah kopi dari Cafe 04. Nama 04 itu diambil dari kodenya fakultas teknik,’’ kata Anne saat ditemui di ruang kerjanya di gedung Manufacturing Research Center (MRC) Fakultas Teknik UI Selasa (16/11) dua pekan lalu. Limbah atau ampas kopi dibersihkan dengan menggunakan etanol sebelum diolah. Langkah selanjutnya, ampas dikeringkan dalam temperatur 80 derajat Celsius di dalam oven.

Sebanyak 4 gram ampas kopi kering ditimbang dan dimasukkan ke autoklaf, lalu dicampur dengan larutan KOH 3M. Campuran itu lantas dihidrotermal pada temperatur 150 derajat Celsius selama enam jam.

Setelah itu, hasil hidrotermal disaring. Padatan hidrotermal kemudian dicuci dengan akuades dengan memakai alat ultrasonic cleaner.

Selanjutnya, padatan kembali disaring dan dikeringkan di dalam oven. Padatan yang sudah kering dipirolisis pada temperatur 900 derajat Celsius selama tiga jam di dalam ruangan atmosfer gas argon.

Karbon yang didapat dari proses pirolisis lantas dicuci dengan HCl 0,5 M. Proses berikutnya, eksfoliasi dengan menggunakan ultrasonic probe dalam satu jam. Hasil akhirnya, serbuk direkatkan atau di-coating di lembaran tembaga untuk anoda baterai. Fungsi anoda dalam baterai adalah menyimpan tenaga.

Ada dua jenis baterai litium. Di pasaran, yang banyak dijual adalah yang berbasis grafit. ’’Litium grafit ini memiliki banyak kelemahan,’’ ungkap guru besar kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung, 60 tahun silam, tersebut.

Di antaranya adalah mudah mengalami hubungan arus pendek atau korsleting. Kemudian, pengisian dayanya relatif lebih lama.

Jenis baterai litium berikutnya adalah lithium titanate oxide (LTO). Nah, penelitian yang dilakukan Anne dan tim adalah baterai jenis tersebut.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kempo Kaltim Targetkan Persiapan Khusus

Sabtu, 16 Maret 2024 | 14:10 WIB

Insiden Flash Kandaskan Langkah Jorji

Sabtu, 16 Maret 2024 | 13:10 WIB

Layar Kaltim Masih Fokus di Darat

Jumat, 15 Maret 2024 | 15:15 WIB

Squash Tiadakan Latihan Pagi

Kamis, 14 Maret 2024 | 12:15 WIB

Disdikbud Terbitkan Dispensasi Atlet

Kamis, 14 Maret 2024 | 10:21 WIB

Bola Tangan Kaltim Evaluasi dengan Rekaman Video

Rabu, 13 Maret 2024 | 13:30 WIB

Siswa Berau Raih Medali Emas di Malaysia

Rabu, 13 Maret 2024 | 11:50 WIB
X