JAKARTA – Fitomining atau menambang menggunakan media tanaman masih asing di telinga masyarakat Indonesia. Tetapi di negeri jiran Malaysia, fitomining sudah dilakukan dalam skala riset dan menghasilkan nikel. Dengan potensi sumber daya alamnya fitomining di Indonesia berpotensi menghasilkan logam emas (Au).
Teknologi fitomining tersebut dipaparkan guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Hamim. Dia menjelaskan teknologi fitomining di Indonesia masih relatif baru. Padahal teknologi ini sendiri sudah lama. Tantangan dalam fitomining adalah mencari tanaman yang paling besar kemampuannya dalam menyerap logam berat. Selain itu juga bagaimana cara ekstraksi supaya menghasilkan logam yang tinggi pula.
’’Ketika tanaman itu menyerap logam mulia seperti emas, akan menjadi satu kesatuan. Maka perlu diabukan,’’ katanya saat diwawancarai kemarin (29/11). Setelah diolah jadi abu maka bisa diekstraksi untuk diambil kandungan logamnya saja. Hamim mengatakan fitomining di Malaysia dilakukan dengan ekstraksi getah tanaman dengan hasil akhir nikel.
Hamim mengatakan riset fitomining yang dia kerjakan sejatinya untuk mengatasi persoalan tailing atau bekas lahan garapan tambang emas. Lahan garapan seperti ini kerap ditinggal begitu saja. Akibatnya lingkungan menjadi rusak. Dia mengatakan sejatinya di setiap tailing atau bekas tambang emas masih memiliki kandungan emas.
’’Meskipun masih memiliki kandungan emasnya, tetapi rendah dan tidak ekonomis untuk ditambang,’’ tuturnya. Nah untuk mengatasi persoalan ini, di area bekas tambang tersebut bisa ditanami tumbuhan yang mampu menyerap logam berat. Seperti timbang (Pb), merkuri (Hg), atau bahkan emas.
Hamim mengatakan ketika menanam tanaman untuk menyerap logam berat seperti Pb dan Hg saja, industri atau masyarakat mungkin kurang tertarik. Karena hanya sekadar memperbaiki lingkungan. Tetapi jika tanaman tersebut juga bisa menghasilkan emas, masyarakat memiliki nilai tambah.
Namun sekali lagi dia mengatakan sampai saat ini masih dicari jenis tanaman hiperakumulator apa yang memiliki kemampuan menyerap logam berat paling besar. Sampai saat ini tanaman yang memiliki kemampuan terbesar adalah Typha angustifolia L. yang sering disebut rumput lembang. Tanaman ini banyak ditemukan di seluruh penjuru Indonesia dan bisa memiliki batang dengan ketinggian hingga 1,5 meter. Dalam perhitungannya untuk satu hektar lahan tanaman rumput lembang, bisa menghasilkan 5-7 gram emas.
Hamim mengatakan meskipun tanaman rumput lembang itu bisa menyerap logam mulia atau logam berat lainnya, bukan berarti setiap ada tanaman tersebut memiliki kandungan emas. Semua ini tergantung dari lahan atau tanah tempat bertumbuh. Jika di tanah tersebut tidak memiliki kandungan logam berat atau logam mulia, maka tanamannya ya tidak memiliki kandungan logam.
Dia juga menjelaskan menanam tanaman penyerap logam mulia ini juga memiliki manfaat kesehatan. Jangan sampai kandungan logam berat itu terserap makanan yang dikonsumsi manusia. Sebab kandungan logam beratnya bisa terbawa masuk ke dalam tubuh. (wan)