Perempuan yang Gemar Merias Diri

- Minggu, 28 November 2021 | 12:22 WIB

 

-

 ESTY PRATIWI LUBARMAN, lahir di Samarinda, 28 November 1999. Mahasiswa Universitas Mulawarman, Fakultas Ilmu Budaya. Pada 2019 melahirkan buku kumpulan puisi berjudul "Perempuan Dikekang Malam".

 

Karya: Esty Pratiwi Lubarman

 

Tidak ada selamat malam di sini. Semua orang memungut kesepiannya. Angin yang membelai pelan tengkukmu. Gemericik hujan itu pura-pura mencintai tanah yang sesaat menjadi lembap. Seberkas cerita lama menjejali sudut ruangan ini. Di balik jendela tua ini seberkas wajah perempuan membawa perasaannya sangat hati-hati.

Apakah warna kematian itu? Apakah dia datang dengan kain kuning atau sebuah ilusi abu-abu dengan sayap-sayapnya yang rancu.

Rinjani, perempuan yang sudah tiga tahun menginap di bangsal perawatan penyakit jiwa. Sesekali ia meronta bahkan melolong-lolong di kamarnya yang seperti bui. Disebutnya acak nama laki-laki yang entah siapa. Terkadang di suatu malam dia hanya menangis tanpa henti.

Kulitnya yang cokelat, matanya seperti bunga yang gagal ranum diganjil Februari. Segumpalan kisah membuat tubuhnya kurus dan sunyi. Tetapi rona merah di pipinya tidak pernah pudar. Kesedihan itu tidak pernah meninggalkan garis-garis di bibirnya.

"Bisa kubayangkan kecantikannya ketika dia sehat. Wah, sayang sekali," ucap petugas itu menatap lurus Rinjani yang tengah duduk di balik jendela besi.

Tiga tahun lalu ia dibawa salah seorang yang mengaku tetangganya. Diceritakan bahwa Rinjani hidup seorang diri setelah ditinggalkan seluruh anggota keluarganya. Ayah dan ibunya bercerai. Ia kemudian tinggal bersama ibunya sampai pada suatu masa ibunya menikah lagi. Tanpa sepengetahuan ibunya, Rinjani sering kali disetubuhi.

Hingga tahun setelahnya, ibunya meninggal karena suatu wabah serius yang menyerang tempat ia bermukim. Hari-hari setelahnya, tetangganya hanya mendengar suara tangisan Rinjani dan amarah ayah tirinya. Pukulan, tendangan, perkataan kasar, seperti itulah tetangga melihat hari-hari Rinjani. Hingga pada akhirnya ayah tirinya meninggalkan Rinjani dan rumah itu tanpa pernah kembali.

Rinjani merawat banyak kehilangan di tubuhnya. Hingga suatu hari tetangga-tetangga  saling berbincang dan berbisik. Rinjani sering pulang larut malam dengan pakaian yang terlalu terbuka bagi orang-orang di sana. Rias wajah yang bahkan menetupi segala hal yang berantakan di dalamnya. Bahkan ia tidak pernah lagi keluar rumah tanpa riasan wajah. Rinjani yang muda, lugu, dan ramah sedang memainkan peran lainnya.

Tahun-tahun mengering hingga tetangganya mendapati Rinjani bahkan tidak pernah keluar rumah. Orang-orang sering melihat Rinjani duduk di balik jendela rumahnya. Ia menolak berbicara kepada siapa pun. Ia hanya suka berbicara dengan dirinya sendiri, menyebutkan nama laki-laki yang entah dari mana sambil memaki.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X