Sertifikat ISPO Jawaban Kampanye Negatif Kelapa Sawit

- Sabtu, 20 November 2021 | 12:15 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Kelapa sawit tidak menjadi penyebab utama rusaknya hutan. Justru dibandingkan dengan sumber minyak nabati lain, kontribusinya paling rendah. Apalagi para perusahaan memiliki komitmen melindungi hutan, bahkan menjadikannya sarana penunjang pendidikan. Sesuai aturan pemerintah.

 

ROZAQA Wahyurianto Adityatama sedang serius-seriusnya. Pandangan matanya dengan tajam melihat jalur tanah di depan. Kaki kiri dengan lihai menginjak pedal kopling, sementara yang kanan mengatur kecepatan di pedal gas. Sesekali pandangannya dialihkan ke keranjang di bak belakang. Kecepatan mobil langsung diturunkan ketika burung hantu yang dibawanya terlihat panik.

Siang itu, dia bersama tim sustainability PT Sumber Kharisma Persada (SKP) menuju Blok OB 18. Salah satu kawasan perkebunan sawit di wilayah konsesi anak usaha PT Astra Agro Lestari tersebut. Di sana, mereka berencana melepas delapan spesies burung hantu. Sebagai upaya pengendalian hama tikus yang kerap merusak tanaman.

“Ini salah satu ikhtiar kami dalam menjaga lingkungan dari pemakaian zat-zat kimia untuk pemberantasan hama,” ungkap pria yang menjabat Asisten Sustainability itu, Kamis (18/11).

Wahyu menambahkan, pada tahun ini, pihaknya melepas delapan spesies atau empat pasang burung hantu. Melanjutkan program tahun lalu yang sudah melepasliarkan 11 spesies. Diharapkan, satu spesies burung hantu bisa meng-cover 25 hektare kebun sawit. “Namun luasannya bisa lebih dari itu karena burung ini bebas terbang lebih jauh. Cover area burung hantu juga tidak sama dan bisa berpindah,” sambungnya.

Kehadiran burung hantu melengkapi ekosistem perkebunan yang sengaja dipertahankan untuk mengendalikan hama. Seperti burung elang, ular cobra dan ular sawah. Tak hanya itu, beberapa hewan seperti burung-burung kecil hingga beruk juga dibiarkan hidup di perkebunan mereka.

Wahyu membeberkan, wilayah konsesi PT SKP memang sangat menarik. Selain berdampingan dengan hutan alam, juga memiliki kawasan yang masuk Karst Sangkulirang Mangkalihat. Makanya, di SKP ada tiga kepingan area konservasi hutan. Satu area yang berukuran besar, berdampingan dengan hutan alam.

Sementara dua kepingan lain masuk kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat. Ini yang mereka jaga agar sumber mata air di lima desa sekitar perusahaan selalu aman. Yakni, Desa Perimbang, Saka, Pantai Sejahtera, Tanjung Manis, dan Kerayaan. Di lima desa tersebut ada tiga anak sungai yang melintas, dengan sumber utama airnya dari kawasan karst di wilayah konservasi PT SKP. Yaitu sungai Peridan, Subat, dan Kumut.

Nah, untuk mempertahankan kualitas air, perusahaan melakukan beberapa treatment. Pertama, di sepanjang aliran sungai mereka mempertahankan semak belukar di bawah pepohonan kelapa sawit. Jadi kondisinya berbeda dengan blok-blok lain yang memiliki “lantai” bersih. Di sini justru terlihat seperti hutan, tapi terawat.

Dari semak belukar ini pula lah, beberapa hewan ekosistem pengendali hama perkebunan kelapa sawit tersebut tinggal. Selain itu, hadirnya semak belukar difungsikan sebagai penahan laju limpahan air permukaan jika terjadi hujan lebat. Supaya di daerah permukiman tidak banjir.

Kedua, mereka juga mempertahankan terasering atau sengkedan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air oleh tanah. Juga sebagai penahan abrasi di wilayah kerja mereka yang beberapa di antaranya memang berbukit.

“Kami juga memasang plang di kanan dan kiri aliran sungai. Berjarak 50 meter. Sebagai penanda para pekerja kami dalam pemberian pupuk kimia. Jadi kalau sudah sampai batas tersebut, mereka harus memberikan pupuk secara manual. Agar tidak mencemari air sungai,” beber Wahyu.

“Semak belukar yang kami rawat ini juga menjadi penahan pupuk kimia yang diinjeksikan ke kebun-kebun. Jadi tidak larut langsung ke sungai dan kualitas air tetap terjaga. Kami membuktikan bahwa kelapa sawit tidak mengganggu sumber-sumber mata air seperti yang dituduhkan selama ini,” timpal Adlan Yusran, analyst sustainability PT SKP.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X