KPR Tumbuh Lebih Tinggi dari Total Kredit

- Kamis, 18 November 2021 | 10:57 WIB

JAKARTA - Pembiayaan sektor properti menunjukkan kinerja positif di tengah pandemi Covid-19. Kredit pemilikan rumah (KPR) mampu tumbuh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan total kredit. Capaian tersebut tak lepas dari stimulus pemerintah. Direktur Consumer And Commercial Lending Bank Tabungan Negara (BTN) Hirwandi Gafar menuturkan, pertumbuhan KPR pada kuartal III 2021 mencapai 9,4 persen year-on-year (yoy). Sementara, pertumbuhan total kredit hanya 2,21 persen. Kebijakan stimulus pemerintah melonggarkan loan to value 100 persen atau DP 0 persen dan bebas PPN berdampak pada sektor perumahan.

“Optimisme tersebut diyakini masih berlanjut. Mudah-mudahan stimulus tersebut bisa diteruskan sampai 2022,” kata Hirwandi dalam webinar, (16/11). Dia mengatakan, BTN menargetkan akan ada 200 ribu unit disalurkan tahun depan. Rinciannya, 195 ribu unit rumah subsidi dengan berbagai skema. Seperti, KPR Subsidi, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Badan Pengelolaan Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera), dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT). Sedangkan, KPR nonsubsidi sekitar 5 ribu unit.

Di sisi lain, Hirwandi berharap, Penyertaan Modal Negara (PMN) 2022 sebesar Rp 1,98 triliun segera terealisasi. PMN tersebut akan memperkuat perseroan dalam mendorong perekonomian Indonesia. “Menjadi tambahan kekuatan bank BTN untuk menyalurkan KPR subsidi dan nonsubsidi, melalui syariah maupun konvensional,” imbuhnya.

Menurut dia, sektor properti memiliki multiplier effect yang cukup besar bagi industri lainnya. Terdapat 175 sub-sektor industri yang bisa digerakkan dari aktivitas sektor properti.

Sementara itu, CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menambahkan, para pengembang agar tidak lengah meski, tren sektor properti tengah positif. Sebab, sejumlah tantangan harus dihadapi pada 2022. Salah satunya insentif PPN perumahan yang akan habis di akhir tahun ini. Jika penghapusan PPN selesai pada Desember 2021, maka PPN properti naik 10 persen di awal 2022.

“Akibatnya, pengembang akan menaikkan harga, bukan semata karena PPN, tapi karena melihat secara psikologis akan naik,” ujarnya. Menurut Ali, kebijakan diskon PPN tersebut berdampak positif bagi penjualan rumah ready stock. Hal itu terlihat dari peningkatan penjualan rumah ready stock oleh pengembang sebesar 661 persen selama kuartal I 2021.

“Yang kami lihat, di 2021 peningkatan rumah segmen menengah ke atas itu terlalu tinggi, bukan yang normal. Jadi unitnya kecil, tapi secara nilai tinggi. Ketika ini terjadi kemudian kebijakan penghapusan PNN ditiadakan, ini membuat pasar secara psikologis melemah di akhir 2022,” tandas Ali. (han/dio)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X