Musim Dingin Tiba, Lonjakan Kasus Serbu Eropa

- Selasa, 16 November 2021 | 09:54 WIB
Aktivis anti-vaksinasi lakukan demo di Ballhausplatz, Wina, Austria, Minggu (14/11/2021). Kanselir Austria Alexander Schallenberg mengatakan lockdown nasional berlaku mulai Senin ini bagi mereka yang tidak divaksinasi Covid-19.
Aktivis anti-vaksinasi lakukan demo di Ballhausplatz, Wina, Austria, Minggu (14/11/2021). Kanselir Austria Alexander Schallenberg mengatakan lockdown nasional berlaku mulai Senin ini bagi mereka yang tidak divaksinasi Covid-19.

WINA– Austria lockdown. Tapi bukan untuk semua penduduk. Melainkan hanya berlaku bagi warga yang belum vaksin Covid-19. Kebijakan tersebut berlaku mulai Senin (15/11). Kanselir Austria Alexander Schallenberg menegaskan bahwa langkah ini diambil untuk menekan angka penularan Virus Sars-CoV-2 yang kini meroket di negara tersebut.

’’Situasinya serius. Tidak mudah mengambil langkah ini, tapi sayangnya ini memang diperlukan,’’ tegas Schallenberg dalan konferensi pers Minggu (14/11) seperti dikutip Agence France-Presse. Komite Parlemen Austria telah menyetujui aturan tersebut.

Saat ini hampir 65 persen penduduk Austria telah divaksin. Namun jumlah itu masih di bawah rata-rata negara-negara Uni Eropa (UE) yang mencapai 67 persen.

Kanselir 52 tahun tersebut menjelaskan bahwa penduduk 12 tahun ke atas yang belum divaksin atau tidak bisa menunjukkan bukti bahwa mereka baru sembuh dari Covid-19, tidak diizinkan untuk meninggalkan rumah. Mereka boleh keluar hanya untuk membeli kebutuhan pokok, berolah raga, bekerja dan berobat. Kebijakan ini berlaku secara nasional.

Penerapan lockdown itu dilakukan degan pengecekan oleh personel polisi secara acak dalam 10 hari kedepan. Mereka yang terbukti melanggar aturan akan didenda EUR 500 atau setara dengan Rp 8,1 juta. Sedangkan yang menolak untuk menunjukkan bukti telah divaksin ataupun baru sembuh dari Covid-19, maka akan didenda hingga 3 kali lipat. Orang yang baru sembuh dari Covid-19 memiliki kekebalan tubuh sehingga mereka terlindung meski belum divaksin.

Pemerintah Austria memang harus memutar otak untuk menekan angka penularan yang kian meroket. Saat ini rata-rata kasus baru per hari sekitar 13 ribu. Sejak awal pandemi, total 11.700 orang sudah meninggal karena Covid-19.

Kebijakan ini menuai pro dan kontra. Ratusan penduduk yang menolak divaksin langsung menggelar aksi protes di depan kantor kanselir. ’’Kami ingin bekerja, kami ingin membantu orang lain tapi kami tidak ingin divaksin karena itu keputusan kami,’’ terang Sarah Hein yang berprofesi sebagai petugas medis. Jumat (12/11) pemerintah juga mewajibkan vaksin untuk semua petugas medis.

Beberapa negara Eropa lainnya juga melirik kebijakan-kebijakan tidak populer untuk menekan angka penularan. Memasuki musim dingin, beberapa negara mengalami kenaikan kasus. Belanda misalnya. Jumat lalu mereka memberlakukan lockdown selama 3 pekan yang menyasar restoran, toko-toko, acara olah raga dan tempat-tempat publik lainnya.

Nasib serupa dialami Jerman. Penularan di negeri Bavaria meroket sejak pertengahan Oktober. Jerman mengalami gelombang penularan keempat. Untuk pertama kalinya selama sepekan terakhir ada rata-rata 303 kasus baru per 100 ribu orang. Jika dihitung secara keseluruhan, maka rekornya lebih dari 50 ribu kasus per hari. Robert Koch Institut (RKI) Sabtu (13/11) melaporkan ada 228 kematian dalam 24 jam.

’’Kita membutuhkan usaha nasional untuk mengalahkan gelombang pandemi di musim gugur dan musim dingin,’’ ujar Kanselir Jerman Angela Merkel. Angka vaksinasi di Jerman sekitar 67 persen. Merkel mendorong agar mereka yang belum divaksin, segera melakukannya. Dia juga mendukung pemberian booster.

Para pejabat kesehatan mendorong pemerintah agar menerapkan aturan yang lebih ketat. Mulai dari meliburkan sekolah hingga lockdown parsial. Kandidat kanselir Jerman pengganti Merkel, Olaf Scholz, juga berpendapat serupa. Dia ingin agar ada pembatasan baru untuk menekan angka penularan. Pekan ini usulan-usulan itu akan dibahas oleh perlemen dan bakal diterapkan sekitar akhir bulan.

Di Asia, Tiongkok juga masih berusaha agar angka penularan lokal di negaranya menjadi nol. Namun, penularan imbas varian Delta makin tak terkendali. Setidaknya 21 provinsi, wilayah, dan kota terdampak penularan varian Delta ini.

Dalian menjadi wilayah dengan angka penularan tertinggi. Minggu ada 32 kasus penularan lokal, sebanyak 24 di antaranya dari Dalian. Jika dihitung sejak gelombang penularan baru merebak 17 Oktober lalu, total kini ada 1.308 kasus aktif di Tiongkok.

Tiongkok juga menjadi sorotan setelah salah satu petugas kesehatan membunuh seekor anjing saat tuannya tengah dikarantina. Insiden itu terjadi di Shangrao provinsi Jiangxi. Insiden ini memicu kecaman dari banyak pihak. Otoritas Shangrao memaparkan bahwa petugas yang bersangkutan telah diberhentikan. (sha/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X