Berawal dari kegigihan seorang eks pegawai toko pakaian, puluhan sampai ratusan juta rupiah per bulan mengalir berkat beragam konten yang diproduksi di Tapen. Kini menjadi jujukan belajar para pemula yang datang dari berbagai kota.
M. AINUL BUDI, Bondowoso
DARI desa di tepian Jalan Raya Bondowoso–Situbondo, Jawa Timur, itu, mengalir penghasilan puluhan sampai ratusan juta rupiah per pekan. Lewat cerita-cerita semacam ”Bos Muda Naik Mobil Tua Mogok dan Di-Bully Temannya”, ”Seorang Sales Dihina Habis-habisan oleh Mantan Pacar dan Pacar Barunya”, atau ”Kisah Perantau Sukses Cintanya Dikhianati”.
Cerita-cerita pendek model FTV (film televisi) yang dibungkus plot serupa. Model ”from zero to hero”, dengan pesan moral di sana-sini, dan bahasa Indonesia para pemerannya yang medok Madura-Bondowosoan. Tapi, peminatnya ternyata berjibun.
Akun Bos Muda yang merilis video-video cerita pendek itu sampai tadi malam (14/11) pukul 21.00 sudah mencatat 1,41 juta follower. Dan, Bos Muda hanyalah satu di antara sederet akun yang lahir dari anak-anak muda di Desa Tapen yang berjarak sekitar 17 kilometer dari pusat kota Bondowoso.
Dengan konten yang berbeda, ada Dzikir Basmallah yang memiliki 1,2 juta subscriber dan Reyhan Entertainment dengan 662 ribu subsriber, misalnya. Atau, RB Official yang punya 713 ribu subscriber dengan konten senada seperti Bos Muda.
Tak heran kalau Tapen, seperti halnya Desa Kasegeran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, belakangan dikenal sebagai Kampung YouTuber. Dan, otak di balik semua itu adalah Imam Januar.
Imam, eks pegawai toko pakaian di Kota Bondowoso, memulainya pada Maret 2017. ”Saya baru tahu (waktu itu) bahwa YouTube juga bisa mendapatkan uang. Saya pun belajar secara otodidak, menggunakan pengalaman sendiri dari upload video dengan pola-pola sederhana,” ujar Imam.
Tapen berada cukup jauh dari pusat kota kecil di bagian timur Jawa Timur itu. Mayoritas penduduknya secara turun-temurun bertani.
Tak mengherankan kalau gerak Imam memperkenalkan kultur YouTube awalnya mendapat banyak cibiran. ”Ada yang sampai bilang ke saya gila apa Google bisa bayar orang Tapen,” katanya, lantas tersenyum, kepada Jawa Pos Radar Ijen yang menemui di kediamannya pada Kamis (21/10) siang hampir sebulan lalu.
Tapi, seperti moral cerita pada video-video Bos Muda, kegigihanlah yang akhirnya menang. Empat tahun lebih sejak Imam memulainya, kini puluhan anak muda Tapen ramai-ramai terlibat dalam produksi konten. Mereka bisa memproduksi tiga video per hari.
Jawa Pos Radar Ijen menyaksikan produksi salah satu konten pada Kamis siang menjelang satu bulan lalu itu. Ada yang sibuk menyiapkan tripod memasang smartphone sembari menggunakan headset.