Zero Emision Society 2050, Mungkinkah?

- Kamis, 11 November 2021 | 11:02 WIB

Bernaulus Saragih 

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Meraih Gelar Doktor (PhD) dalam bidang Forest and Environmental Economics dari Universitas Leiden Belanda.

 

 

Conference of Parties atau COP26 atau Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang ke-26 baru saja berlangsung di Kota Glasgow Skotlandia United Kingdom. Perhelatan super besar tersebut dihadiri para kepala negara dan delegasi dari 120 negara di dunia, juga 25 ribu lebih pengembira dan pencinta lingkungan, baik yang diundang maupun datang dengan sukarela dari berbagai belahan dunia. 

Kota Glasgow ketiban rezeki luar biasa karena seluruh hotel dan penginapan, bahkan rumah-rumah penduduk banyak yang berubah sementara menjadi tempat penginapan. COP26 dipenuhi dengan berbagai agenda, terutama dalam usaha dunia untuk menurunkan pemanasan global. Dicanangkan untuk dapat menahan laju peningkatan suhu permukaan bumi tetap berada pada posisi sekarang atau setidaknya jangan sampai suhu permukaan bumi meningkat lebih dari 2 derajat celcius satu abad ke depan. 

Juga dicanangkan untuk menurunkan emisi gas-gas rumah kaca sebagai penyebab utama terjadinya pemanasan global yaitu melalui pengurangan konsumsi bahan bakar fosil seperti minyak dan gas bumi, juga pengurangan batu bara sebagai sumber energi, dan promosi besar-besaran untuk penggunaan sumber energi baru dan terbarukan. 

Bahkan beberapa pihak menginginkan agar penurunan yang drastis dari emisi gas-gas rumah kaca seperti C02, methane, N20, harus dipertegas. Dicanangkan di 2050 dunia sudah harus bebas emisi carbon atau zero carbon emision, sehingga pada 2050 diharapkan tercipta dunia yang bebas emisi, sehingga terbentuk apa yang disebut dengan zero emision society 2050 atau ZES2050 atau masyarakat dunia yang bebas emisi di 2050.

 

ZES 2050 Mungkinkah? 

Tantangan terbesar dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dalam COP26 tersebut adalah bagaimana memperoleh jaminan atau komitmen dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, India, Uni Eropa. 

Presiden Tiongkok, Xi Jin Ping sebagaimana Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menghadiri COP26 tersebut, padahal kedua pimpinan negara besar ini sangat diharapkan memberikan pidato komitmen negaranya di hadapan para peserta konferensi. 

Tiongkok adalah negara dengan emisi gas rumah kaca terbesar didunia setelah Amerika Serikat. Bahkan saat ini Tiongkok diduga menjadi negara dengan emisi karbon terbesar dengan menggunakan data pertumbuhan ekonomi dan konsumsi bahan bakar, baik berupa minyak dan gas bumi maupun batu bara. Dengan ketidakhadiran kedua pimpinan negara besar tersebut telah mengurangi bobot daripada COP26 karena sangat ditunggu masyarakat dunia. Ketidakhadiran kedua presiden tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, pernyataan untuk mengurangi emisi, apalagi dengan angka atau persentase tertentu akan memberi konsekuensi yang luar biasa terhadap ekonomi. 

Mengurangi konsumsi bahan bakar fosil tapi tidak diimbangi dengan perkembangan penggunaan sumber energi terbarukan tentu akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Dan inilah yang tidak diinginkan Tiongkok. 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X