Menjaga Kopi Arjasari dari Jerat Tengkulak, Membawanya Terbang ke Eropa

- Kamis, 28 Oktober 2021 | 09:01 WIB
Kepala BUMDes Arjasari. (Salman Toyibi/Jawa Pos)
Kepala BUMDes Arjasari. (Salman Toyibi/Jawa Pos)

BUMDes Saraka yang dimotori Aep Saepudin mengerek harga kopi petani sampai empat kali lipat. Mau setor berapa kilogram pun, semua dinaungi.

 

SAHRUL YUNIZAR, Kabupaten Bandung

 

AEP Saepudin menuangkan kopi dari kemasan yang bertulisan Aras Coffee itu ke dalam gelas-gelas mini. ”Coba dicium,” ujarnya. Belum sempat kami bereaksi, dia sudah menyambar. ”Kuat ya,” katanya.

Kami bertandang ke rumah Aep di Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (11/10) sore dua pekan lalu. Kopi yang dituangkan Aep adalah Java Preanger, kopi dataran tinggi Priangan. Kopi itu tumbuh subur di Arjasari, di lahan-lahan pertanian di kawasan kaki Gunung Malabar. Yang ditanam tanpa pupuk kimia.

Aep merupakan motor penggerak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Saraksa. Badan usaha yang membawahkan Aras Coffee. Juga mitra merek kopi lainnya yang berbasis di Arjasari. BUMDes Saraksa adalah badan usaha di bawah Desa Arjasari. Aras Coffee yang mereka produksi sudah membidik pasar Eropa. Mereka tengah berusaha mendapat sertifikat ekspor ke Belanda.

”Kopi kami agak strong, langsung teb pas diminum,” ungkap Aep. Teb yang dimaksud Aep adalah nusuk. Dan, memang itu yang kami rasakan. Aroma kopi itu memang kuat, nusuk. Apalagi setelah air panas dituangkan ke gelas-gelas mini yang dibawa pria kelahiran 11 Mei 1967 tersebut. Wangi kopi langsung menyebar ke mana-mana. Bersama kepulan asap yang menyembul-nyembul ke luar gelas.

Tidak banyak yang diceritakan Aep sore itu. Dia hanya meminta kami menghabiskan kopi buatannya. Sambil menyantap ubi rebus olahan istrinya. Lalu, dia mengajak kami datang ke tempat pengolahan kopi milik BUMDes Saraksa. Tapi, tidak hari itu. ”Besok saya kasih lihat,” janjinya.

Benar saja, besoknya (12/10) Aep menyambut kami di pabrik kopi. Di tempat yang sama, Firman, sekretaris BUMDes Saraksa, hadir. Dia turut mengantar kami berkeliling tempat pengolahan kopi tersebut. Menunjukkan satu per satu mesin yang ada. Mulai mesin pencuci kopi, pengupas kulit kopi, pengering kopi, grader, sampai alat roasting. ”Total, ada 14 item mesin,” jelas Firman.

Seluruhnya berasal dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Bantuan itu mereka terima pada akhir 2018 dan langsung ditempatkan di tempat pengolahan kopi milik BUMDes Saraksa yang berdiri di atas lahan seluas 140 meter persegi.

Letak pabrik itu tidak jauh dari Pasar Arjasari. Bisa disambangi dengan berjalan kaki dari jalan raya yang membelah Kecamatan Arjasari. Kata Aep, pabrik itu juga belum lama berdiri. Pemerintah Desa Arjasari membangunnya setelah diyakinkan Aep. Sebelum aktif di BUMDes Saraksa, dia bertugas di Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Arjasari. Kerjanya keliling desa.

Lebih dari satu dekade bertugas di BPD, Aep melihat potensi besar saat petani di Kecamatan Arjasari mulai kenal kopi pada 2015. Sebelumnya, mereka lebih banyak menanam sayuran. Dari pemerintah, mereka dapat bibit. Juga diberi izin menggarap lahan yang tersedia. Luasnya tidak tanggung-tanggung. Mencapai 250 hektare.

Hingga saat ini, lahan itu belum tergarap semua. Di samping belum terlalu lama mengenal kopi, teori-teori yang menyebut kopi terbaik berasal dari kebun di ketinggian 1.300–1.500 mdpl membuat petani kopi di Arjasari sempat minder. Sebab, lahan yang mereka garap berada di bawah 1.300 mdpl.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X