Memaksimalkan Kontribusi ASN Muda

- Rabu, 27 Oktober 2021 | 11:01 WIB

Muhamad Fadhol Tamimy
ASN Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tenggarong

Suatu kali di pengujung hidup Rasulullah, terjadi sebuah peristiwa pemberontakan, dimana para musuh dengan sengaja mencoba untuk memanfaatkan keadaan Rasulullah yang sakit parah. Mereka mengancam teritori kekuasaan umat Islam, dengan membuat gejolak di perbatasan Syam. Dari arah Yaman pun muncul kegaduhan dari nabi palsu.

Kondisi Rasulullah yang kala itu tidak sehat, sementara suasana sedang genting-gentingnya membuat Rasulullah harus segera mengangkat panglima untuk mengendalikan suasana. Dalam rapat darurat, hadir beberapa sahabat senior yang memiliki track record panjang dalam masa perjuangan semacam Sa’ad bin abi Waqqash, Said bin zaid, dan Abu Ubaidah bin jarrah.

Sahabat-sahabat yang hadir pun mengamini bahwa salah satu nama di atas digadang kuat menjadi panglima, yang akan memimpin pasukan muslim. Tak disangka, Rasulullah justru memilih Usamah Bin Zaid yang kala itu berusia 17 tahun. Tak pelak keputusan tersebut mendapat beberapa komentar dari para sahabat, bahkan nada sedikit menyepelekan itu pun hadir. Berkat penjelasan Rasulullah, para sahabat akhirnya legowo menerima keputusan pengangkatan Usamah sebagai panglima perang.

Kepercayaan berbuah manis, di bawah kepemimpinan Usamah, gejolak yang ditimbulkan para pemberontak dapat ditaklukan dalam tempo cepat. Perhitungan matang yang dilakukan Rasulullah, serta terobosan taktik baru yang dilakukan Usamah sukses membawa kemenangan. Tentu hal tersebut menjadi bukti betapa dahsyatnya skema kolaboratif antara seorang pemimpin dengan utusan mudanya.

Kolaboratif ini memiliki kemiripan perjuangan bangsa dahulu. Masih segar dalam ingatan, peristiwa Rengasdengklok yang diinisiasi kaum muda mendesak Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan. Setelah diskusi panjang antara kaum tua dan muda, akhirnya lahir 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan bangsa Indonesia, yang menjadi salah satu tonggak sejarah peradaban bangsa.

Memaksimalkan Kontribusi ASN Muda

Jika ditarik realitas bangsa Indonesia, tentu peran pemuda begitu penting untuk hadir di segala lini kehidupan, mulai dari pendidikan, sosial, ekonomi, agama, hingga penegakan dan pengawalan Hukum dan HAM. Terutama dalam hal teknis pelayanan masyarakat yang dampaknya langsung dirasakan.

Dibutuhkan kecepatan, daya juang tinggi serta pengorbanan yang harus dimunculkan oleh seluruh aparatur sipil negara. Kecepatan, daya juang, serta kreativitas inilah yang menjadi ciri khas pemuda yang memang sedang memasuki fase emas performance kecakapan hidupnya. Fase emas ini yang harus dimaksimalkan agar inovasi serta terobosan dalam tatanan birokrasi dapat di munculkan secara maksimal.

Salah satu faktor pendukung dari lahirnya inovasi dan terobosan adalah memberikan kesempatan pada ASN muda yang ada di lingkungan organisasi. Khususnya semenjak pandemi yang membuat zaman mulai di “paksa” dalam akselerasi eksponensial perubahan.
Ada beberapa cara yang seyogyanya dapat dilakukan. Pertama adalah memberikan kesempatan, baik itu berupa projek pembaharuan sistem pelayanan ataupun sistem tata kelola organisasi. Dengan memberikan kesempatan dalam setiap projek pembaharuan sebuah sistem ataupun tata kelola organisasi, dapat memicu tumbuhnya rasa saling memiliki.

Hal tersebut juga mampu mempererat kerjasama antara senior dan junior. Kerjasama yang baik juga memiliki implikasi pada rasa nyaman dalam bekerja, dan rasa nyaman ini memiliki pengaruh terhadap produktivitas dalam bekerja.

Kedua adalah mendelegasikan ASN muda pada sebuah kegiatan yang mana tidak hanya pada sekedar simbolis semata, atau sekedar diberdayakan untuk hal-hal administratif saja, namun juga untuk dimintakan ide dan cara mengeksekusinya. Bahkan kalau perlu saat kegiatan hendak dilaksanakan, jauh-jauh hari, pimpinan dapat meminta para ASN muda untuk membuat semacam proposal ide sederhana, dan menjelaskan pada saat kegiatan.

Karena terkadang para ASN muda bukan karena tidak memiliki ide ataupun inisiatif dalam bekerja guna menciptakan sebuah perubahan, akan tetapi rasa sungkan pada senior atau atasan, takut dianggap cari muka, takut dianggap melangkahi kewenangan hingga takut idenya ditolak atau bahkan tidak diapresiasi. Perasaan itulah yang menjadi salah satu penyebab para ASN muda, seolah-olah apatis pada lingkungan kerja.

Ketiga adalah mendukung segala bentuk pengembangan diri dengan catatan, tidak mengganggu tugas utamanya sebagai seorang ASN. Dengan memberikan dukungan, minimal kemudahan izin melanjutkan studi ataupun pelatihan yang dapat meningkatkan kecakapan dalam bekerja. Terlebih kelanjutan studi ataupun pelatihan tersebut berkaitan dengan kecakapan atau kemampuan yang memang dibutuhkan organisasi dalam meningkatkan kualitas mutu layanan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X