Sulitnya Pelabuhan Feri Terbebas dari Praktik Cashback, Sepi di Kariangau, Kini Masif di Penajam

- Senin, 18 Oktober 2021 | 13:28 WIB
MENGURAI BENANG KUSUT: Aktivitas kendaraan yang keluar-masuk feri di Pelabuhan Feri Penajam, PPU, Kamis (14/10). Terlihat sejumlah truk parkir di kawasan pelabuhan. Semestinya truk-truk ini dilarang berlama-lama parkir di halaman kantor ASDP Indonesia  Ferry itu untuk menghindari pengondisian muatan.
MENGURAI BENANG KUSUT: Aktivitas kendaraan yang keluar-masuk feri di Pelabuhan Feri Penajam, PPU, Kamis (14/10). Terlihat sejumlah truk parkir di kawasan pelabuhan. Semestinya truk-truk ini dilarang berlama-lama parkir di halaman kantor ASDP Indonesia Ferry itu untuk menghindari pengondisian muatan.

Pengondisian muatan di pelabuhan feri belum sepenuhnya hilang. Nyatanya masih dilakukan secara terang-terangan. Sopir truk masih mendapat iming-iming cashback.

 

MALAM baru saja larut, ketika sejumlah penduduk tengah beristirahat menuju peraduan, Jumat (8/10). Namun, lain halnya Rudi, bukan nama sebenarnya. Malam itu, sekitar pukul 00.30 Wita, dia menuju Desa Krayan Bahagia, Long Ikis, Paser. Di sana dia hendak memuat barang yang akan dikirim ke Balikpapan.

Hampir saban hari, Rudi mengangkut barang ke Balikpapan. Adapun barang itu bisa berasal dari Penajam Paser Utara (PPU) maupun Paser. Segala barang dia angkut. Rudi adalah sopir ekspedisi mengangkut berbagai macam logistik. Mulai barang-barang keperluan rumah tangga, sayur-mayur, bahan bangunan, hingga batu gunung.

Rudi sengaja memuat malam hari untuk mengejar feri pada pagi di Pelabuhan Penajam. Dengan begitu, sesampainya di Balikpapan masih siang. Dia pun bisa kembali memuat barang menuju PPU atau Paser. “Jadi bisa dua kali ngangkut barang. Lumayan bolak-balik dapat angkutan,” kata pria yang rumahnya di Balikpapan itu.

Lantaran bermukim di Kota Minyak, Rudi hampir setiap hari menghabiskan malam tidur di kabin truknya setelah memuat barang. Jumat subuh itu, dia menuju Pelabuhan Feri Penajam. Tiba pukul 05.10 Wita, Rudi langsung memarkirkan truknya di halaman Kantor ASDP Indonesia Ferry di Penajam.

Selang kemudian ada petugas yang datang menghampirinya. Petugas itu memberi tahu jadwal keberangkatan feri. “Jam 7 pagi saya berangkat,” kata Rudi kepada Kaltim Post. Sejatinya sesuai ketentuan, Rudi dilarang berlama-lama parkir di halaman pelabuhan tersebut. Sebab, mestinya mengikuti jadwal keberangkatan feri yang berlayar tiap 30 menit.

Setelah mendapatkan jam keberangkatan feri, Rudi menuju loket pembelian tiket. Truknya masuk golongan V yang dikenai tarif  Rp 391 ribu. Namun, dia hanya membayar Rp 310 ribu. “Saya dapat cashback Rp 81 ribu. Lumayan buat uang-uang rokok,” katanya.

Dia pun kembali menuju truk. Sambil memainkan smartphone-nya, Rudi menghabiskan waktu menunggu jadwal feri yang hendak dia tumpangi. Sesekali dia menerima panggilan telepon dari keluarga hingga temannya.

Rudi sudah lama menjadi sopir. Hampir 10 tahun menghabiskan waktunya di jalan mencari nafkah. Dari sopir travel, sopir ekspedisi lintas provinsi hingga sekarang sebagai sopir pengangkut barang. “Istri melarang saya kerja jauh-jauh. Jadi saya memilih kerja ini (sopir barang). Paling jauh ke Paser. Dulu pas travel bisa sampai Pontianak,” bebernya.

Bapak tiga anak itu sudah hampir dua tahun ini menjadi sopir barang Penajam-Balikpapan. Kantornya berlokasi di Kota Minyak. “Saya hanya sopir. Ada bos saya di Balikpapan,” katanya.

Dia mengaku setiap ke Balikpapan lewat Pelabuhan Feri Penajam selalu mendapatkan cashback. Menurutnya, petugas di pelabuhan sudah paham mana truk atau sopir yang memang biasa mendapatkan cashback.

Sejatinya ASDP selaku regulator telah menerapkan pembayaran nontunai di Pelabuhan Penajam. Itu ditandai dengan flyer yang terpasang di setiap feri milik BUMN tersebut. Tapi faktanya, pembayaran tunai masih berlangsung. Ditengarai itu yang jadi penyebab sulitnya menghapuskan sistem cashback di pelabuhan.

Rudi mengaku hanya saat menggunakan feri milik ASDP, dia bisa mendapatkan cashback. Sedangkan yang lain, sepengetahuan dia tak dapat. Itu pula yang menjadi alasan dia rela menunggu jadwal keberangkatan feri. Demi mendapatkan tambahan uang saku. “Kalau ketinggalan kapal, terus ikut feri yang lain. Saya bisa enggak dapat cashback atau menunggu jadwal lagi. Itu lama. Bisa berjam-jam,” katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X