Rute pelayaran komersial Balikpapan akan semakin luas. Sejumlah jalur pelayaran logistik menuju Sulawesi kini sedang dikaji untuk dikembangkan. Baik oleh pemerintah daerah maupun perusahaan jasa pelayaran di Kota Minyak.
WALI Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud sebelumnya menyampaikan saat ini tengah mempertimbangkan membuka rute pelayaran baru. Seiring dengan rencana untuk mengambil alih pengelolaan Pelabuhan Feri Kariangau. Yang saat ini dikelola oleh Balai Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah XVII Kaltim-Kaltara.
Rute yang ingin dikembangkan adalah dari Balikpapan menuju Polewali Mandar (Polman). “Kami mempertimbangkan tambahan rute baru ke Sulbar. Yaitu rute Balikpapan ke Polman,” kata Rahmad kepada Kaltim Post, beberapa waktu lalu.
Proses pengajuan izin penambahan rute tersebut terhambat karena adanya pandemi Covid-19. Apalagi ada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 dan 3, yang kini diterapkan di Jawa-Bali. “Karena kondisi pandemi Covid-19, kami enggak bisa mengurusnya. Kami ngurusi Covid-19 dulu. Tapi komunikasi (dengan Kementerian Perhubungan) tetap berjalan,” akunya.
Selain, pengembangan rute ke Sulbar, ada pula rencana meluaskan rute pelayaran ke Sulawesi Tengah (Sulteng). PT Dharma Lautan Utama (DLU) masih melakukan kajian untuk penambahan rute logistik ke Pelabuhan Taipa, Palu. Yang selama ini hanya dilayani pelayaran perintis dari Bontang.
Pertimbangannya, karena ada beberapa perusahaan di Sulteng yang menyuplai logistik konstruksi dari Balikpapan. Termasuk bus angkutan karyawan yang kebanyakan didatangkan dari Kota Minyak. “Kami mengkaji akses yang di sana. Memang selama ini sudah ada yang melayani ke sana, tapi kapalnya masih terlalu kecil. Barangkali tidak sesuai dengan suplai yang ada. Sehingga mereka tidak bisa berkembang,” kata Kepala Cabang PT DLU Balikpapan Muhammad Saleh kepada Kaltim Post, Kamis (14/10).
Dia melanjutkan kajian penambahan rute tersebut, akan dituntaskan dalam dua bulan ke depan. Apakah layak untuk dikembangkan atau tidak, bergantung hasil kajian. Di mana saat ini yang menjadikan kajian tersebut agak sulit adalah kondisi cuaca.
Apalagi, Sulteng yang sebagian besar mengandalkan hasil bumi. Sehingga sangat bergantung pada cuaca. Termasuk buah-buahan yang musiman. Di mana, dalam jasa pelayaran disebutnya adalah istilah Ship Follow The Trade, atau kapal beserta pelabuhan mengikuti perdagangan bukan sebaliknya.
“Jadi kalau buka rute pelayaran, perdagangannya bisa mengikuti atau tidak. Atau perdagangannya sudah ada, baru kita kemudian buka rute pelayaran. Ini yang masih kami kaji,” imbuhnya.
Saleh menerangkan saat ini, PT DLU baru melayani dua rute pelayaran. Yakni dari Balikpapan menuju Surabaya dan Balikpapan menuju Pare-pare. Untuk rute pelayaran menuju Surabaya, dia menyebut normalnya ada dua kapal yang disediakan.
Namun, karena salah satunya difungsikan sebagai kapal pengangkutan untuk kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua, maka menyisakan satu kapal yang beroperasi pada rute tersebut. Namun, frekuensinya dibuat lebih rutin.
“Normalnya, seminggu bisa 2-3 kali. Sekarang maksimal dua kali. Rute Pare-pare kadang menambah frekuensi seminggu tiga kali. Tapi karena kondisi cuaca, seminggu hanya dua kali menggunakan satu kapal. Tapi khusus melayani Balikpapan ke Pare-pare,” pungkas dia. (kip/rom)