Kalau FC Barcelona punya La Masia dan Real Madrid punya La Fabrica, maka Atletico Madrid punya Academia del Atletico de Madrid. Akademi itu telah sukses melahirkan banyak nama-nama top. Dari Fernando Torres, Saul Niguez, Koke, bahkan Raul Gonzalez merupakan eks alumnus.
GIULIANO Simeone dan Sergio Camus adalah dua produk akademi sepak bola Atletico Madrid yang beruntung musim ini. Sebab, hanya Gio Simeone dan Camus pemain dari Academia yang bisa dipromosikan oleh entrenador Atletico Madrid (ATM) Diego Simeone di tim asuhannya. Meski, saat ini keduanya masih “dititipkan” di Atletico Madrid B.
”Tidak ada yang lebih berharga daripada menemukan bakat,’’ ungkap Direktur Academia del Atletico de Madrid Emilio Gutierrez seperti dikutip Diario AS. Ya, karena Gio Simeone dan Camus bisa naik ke tim utama setelah menyingkirkan ribuan talenta yang sudah ditempa di empat tempat berbeda, Cotorruelo, Orcasitas, Majadahonda, dan Alcala.
Seperti yang terjadi pada tahun ini. Tercatat ada 1.235 talenta muda yang digembleng di Academia del Atletico. Baik laki-laki atau perempuan. Dari jumlah itu, mereka tersebar dalam 66 tim dengan perincian 49 tim laki-laki dan 17 tim perempuan. ’’Rata-rata hanya tiga persen di antaranya yang mampu masuk tim utama” ucap Gutierrez.
Karena itu, sejak 2015, Academia del Atletico mengalami perombakan. Bukan hanya menjangkau talenta dari sekitar Madrid dan Spanyol, melalui visi yang baru mereka memperluas jaringan ke berbagai penjuru dunia. Tiongkok, India, Meksiko, Kanada, hingga Pakistan termasuk negara-negara yang ingin “diculik” bakat pemain hebatnya oleh ATM.
Klub berjuluk Los Colchoneros itu pun sudah menganggarkan biaya senilai EUR 16 juta (Rp 261,8 miliar) per musim untuk membiayai Academia del Atletico. Bujet itu meliputi proses latihan maupun proses talent scouting. ”Biaya yang lumayan besar untuk sebuah akademi,” tulis Diario AS.
Yang mungkin membedakan Academia del Atletico dengan akademi sepak bola lainnya adalah sepak bola bukan satu-satunya prioritas. Pendidikan akademis juga dikedepankan. Untuk kelompok usia antara 11 sampai 19 tahun, misalnya. Peran psikolog, guru atau psikopedagog dilibatkan. Termasuk menempatkan calon pemainnya di sekolah-sekolah bergengsi seperti Liceo Europeo dan Estudiantes Las Tablas.
Untuk itu, aturan serbaketat diberlakukan di sana. Para pemain yang usianya masih di bawah 16 tahun tidak diperbolehkan membawa ponsel. Mereka harus menitipkannya. Mereka pun hanya diberi waktu 30 menit dalam sehari kalau ingin menghubungi keluarganya.
Begitu pula ketika akan keluar dari kamp latihan. ’’Mereka tidak kami perbolehkan keluar sendirian sampai usianya 16 tahun. Apabila ada yang keluar, harus ada salah satu di antara temanya yang menemani,” beber Javier Valleros, salah seorang koordinator di Academia del Atletico.
Tujuan memasukkan kurikulum sekolah dalam akademi merupakan upaya ATM melakukan antisipasi seandainya pemainnya kelak gagal jadi pesepak bola. ”Jadi, kami memastikan bahwa pemain-pemain kami mempunyai rencana B,’’ imbuh Valleros. (ren/dns)