Setelah Kebijakan “Disunat” Pusat, Gubernur Kaltim Mulai Abaikan Tambang

- Rabu, 13 Oktober 2021 | 13:13 WIB
SULIT DIGESER: Sektor tambang batu bara masih jadi andalan untuk membantu mengerek ekonomi Kaltim. Namun, pemprov tengah melirik UMKM sebagai sumber ekonomi baru.
SULIT DIGESER: Sektor tambang batu bara masih jadi andalan untuk membantu mengerek ekonomi Kaltim. Namun, pemprov tengah melirik UMKM sebagai sumber ekonomi baru.

Upaya Kaltim untuk tidak bergantung dengan tambang batu bara mulai digaungkan. Mencoba sektor lain untuk membantu mengerek ekonomi Benua Etam.

 

SAMARINDA–Gubernur Kaltim Isran Noor tak lagi menaruh optimisme pada sektor pertambangan. Opsi penyerapan pekerja pun diharapkan bisa pada sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM). Apalagi, kini Pemprov Kaltim tidak lagi punya kuasa mengurusi pertambangan. Sebab, urusan pertambangan sudah menjadi kewenangan pemerintah pusat.

“Tambang itu enggak bisa lama. Kalau dikeruk terus ya pasti habis,” kata Isran, (12/10). Saat ini, masih banyak permasalahan tambang di Benua Etam. Sama seperti tambang ilegal yang masih banyak ditemukan. Namun, sayangnya pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan untuk melaporkan ataupun menindak tambang ilegal tersebut. “Kami tidak memiliki kewenangan lagi,” tegasnya.

Meski begitu, sebenarnya Kaltim masih memiliki cadangan batu bara yang cukup besar. Tetapi tidak bisa terus-menerus dikeruk. Mengutip data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim sumber daya batu bara di Kaltim yang terdeteksi sebesar 47,6 miliar ton. Namun, dari jumlah itu yang dipastikan menjadi cadangan 10,7 miliar ton batu bara.

Cadangan batu bara terbesar tersimpan di Kutai Timur yakni 4,9 miliar ton batu bara. Kemudian disusul Kutai Kartanegara dengan 2,8 miliar ton batu bara. Lalu Kutai Barat yang memiliki cadangan batu bara 1,2 miliar ton.

Sektor pertambangan di Kaltim memang belakangan tak menyerap banyak tenaga kerja. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, menurut sektor usaha, pada 2020 tenaga kerja Kaltim paling banyak terserap di sektor perdagangan yaitu sebesar 373.658 orang. Kemudian disusul sektor pertanian di posisi kedua dengan angka 346.768 orang.

Lalu, di pertambangan di posisi ketiga dengan jumlah tenaga kerja 123.059 orang. Padahal sebelumnya pertambangan menyerap pekerja hingga 145.794 orang. Maka, tahun 2019 ke 2020, tenaga kerja di sektor pertambangan mengalami penurunan baik dari segi jumlah maupun persentase.

Sektor pertambangan dan industri, sebagai leading sectors dalam perekonomian Kaltim relatif lebih sedikit menyerap tenaga kerja. Sedangkan dari segi jumlah maupun persentase turut mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu menunjukkan kedua sektor tersebut lebih bersifat capital-intensive.

Maka, kata Isran, pihaknya sudah melaporkan ke pemerintah pusat untuk percepatan pembangunan akses dan jaringan internet di desa dan kabupaten. Sehingga, bisa mendorong usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kaltim bisa menjadi sumber ekonomi baru yang bisa mengalahkan pertambangan.

Dari hasil Survei Industri Mikro Kecil (IMK) Badan Pusat Statistik 2019. Jumlah usaha/perusahaan IMK di Kaltim tercatat 32.042 usaha. Lalu menyerap 64.863 tenaga kerja. Samarinda yang merupakan ibu kota provinsi dengan jumlah penduduk terbesar, memiliki jumlah IMK terbanyak. Jumlah IMK di Samarinda mencapai 27,70 persen dari seluruh IMK di Kaltim. Berbeda jauh dengan Mahakam Ulu yang hanya 0,41 persen.

Adapun data dari BPS Kaltim mencatat penyumbang struktur produk domestik regional bruto (PDRB) provinsi ini pertambangan begitu perkasa. Di mana pertambangan dan penggalian menyumbangkan PDRB sebesar 44,74 persen. Lalu disusul industri pengolahan 18,01 persen, konstruksi 8,50 persen, pertanian, kehutanan, dan perikanan 8,43 persen, dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 6,13 persen.

BATU BARA PRIMADONA

Adapun harga batu bara acuan (HBA) saat ini tengah melambung tinggi. Meminjam data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), HBA pada Agustus 2021 sebesar USD 130,99 per ton. Harga itu kembali meningkat pada sebulan kemudian menjadi USD 150,03 per ton. Bahkan bulan ini, batu bara masih perkasa yang harganya mencapai USD 161,63 per ton.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X