Melihat Sebenar-benarnya Merdeka Belajar di SMK Bakti Karya

- Rabu, 13 Oktober 2021 | 10:26 WIB
Siswa SMK Bhakti Karya. (Salman T)
Siswa SMK Bhakti Karya. (Salman T)

Adu argumen, saling balas kritik, dan debat dengan guru. Itulah keseharian siswa dan siswi SMK Bakti Karya, Pangandaran. Tidak hanya merdeka belajar, mereka juga bebas merdeka. Anti tersekat perbedaan, berprestasi dengan modal keberagaman.

 

SAHRUL YUNIZAR, Pangandaran

 

JANGAN bayangkan sekolah kebanyakan. Anak-anak berbaju seragam. Duduk rapi di balik meja. Kemudian, sibuk menyalin catatan dari papan tulis. Di SMK Bakti Karya, siswa dan siswi lebih banyak mengeksplorasi diri. Mereka belajar tanpa sekat. Murid kelas X bergabung dengan kelas XI dan XII. Tatap muka di luar kelas. Belajar di halaman dan kebun. Sampai praktik berdemonstrasi. Bukan tidak ingin berlama-lama di dalam kelas, lewat metode itu, para guru di sana ingin anak-anak didik mereka terbiasa berpikir terbuka.

Sejak kali pertama berdiri, sekolah yang terletak di Parigi, Pangandaran, Jawa Barat, tersebut punya fondasi kuat. Kelas multikultural. Yayasan Darma Bakti Karya sebagai payung tidak pernah bergeser dari cita-cita awal. Menyelamatkan anak-anak muda di berbagai daerah Indonesia untuk meneruskan pendidikan. Terutama mereka yang terpaksa putus sekolah lantaran tidak punya biaya. Lebih khusus lagi para remaja yang terdampak konflik. Misalnya, anak-anak dari Papua dan Poso. Mereka didatangkan ke Parigi untuk melanjutkan sekolah.

Ai Nurhidayat adalah motor kelas multikultural di SMK Bakti Karya. Bersama teman-temannya, dia aktif membuka kelas-kelas ”bebas” sejak 2009, ketika usianya baru 20 tahun. ”Sejak masih kuliah,” kata alumnus Universitas Paramadina tersebut saat ditemui Jawa Pos Sabtu (9/10).

Setiap pulang ke Parigi, Ai berkumpul bersama teman-temannya sesama pemuda. Mereka yang berbasis di Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran berkumpul di Parigi. Di sebuah pondokan sederhana yang sampai saat ini menjadi bagian ruang belajar anak-anak didiknya.

Dari satu sekolah ke sekolah lainnya, Ai dan teman-temannya keliling. Mengetuk pintu untuk berbagi ilmu. Dari SD, SMP, sampai SMA. Mereka datang untuk mencari potensi dan mengajarkan hal-hal baru. Misalnya, pelatihan bahasa asing, menulis, teater, berkemah, sampai keberanian berbicara di muka umum atau public speaking.

Meski tidak jarang ditolak pihak sekolah, gerakan itu terus membesar hingga menjadi komunitas bernama Sabalad. Bukan hanya dari Pangandaran, Ciamis, dan Tasik, banyak mahasiswa dari daerah lain yang juga ikut bergabung.

Bersama-sama, mereka semakin sering keliling dari satu sekolah ke sekolah lain. Dua tahun berselang, SMK Bakti Karya berdiri. Membuka kelas profesi. ”Tahun 2011 berdiri, 2012 mau bangkrut, 2013 diakuisisi,” papar Ai.

Yang berinisiatif mengakuisisi adalah anak-anak muda. Sebagian besar merupakan anggota Sabalad. Mereka lantas membentuk organisasi untuk menaungi sekolah tersebut. Kini organisasi itu bernama Yayasan Darma Bakti Karya. Pengurusnya tetap anak-anak muda. Ai adalah ketua yayasannya. Serupa dengan yayasannya, kepala SMK Bakti Karya masih muda. Usianya baru 28 tahun. Nama lengkapnya Athif Roihan Natsir.

Ketika Jawa Pos datang ke SMK Bakti Karya, Athif turut menyambut. Bersama Ai, dia lantas mengajak kami mengobrol di belakang sekolah. Di sebuah saung sederhana. Duduk mengelilingi tungku. Beberapa siswa tengah latihan teater. Ada yang berasal dari Papua, Nusa Tenggara Timur, dan daerah lainnya. ”Sebagian (siswa, Red) sudah pulang. Guru-gurunya juga sudah pulang,” kata Ai.

Mereka berlatih untuk tampil di Kampung Nusantara. Di kampung itu pula, mereka tinggal selama menempuh pendidikan. ”Ada asrama putri, ada juga asrama putra,” jelasnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X