Banjir di Paser karena Kejahatan Deforestasi, Jatam Desak Pemkab Evaluasi Izin Tambang

- Selasa, 12 Oktober 2021 | 10:18 WIB
SURUT: Berdasarkan pemantauan BPBD Paser banjir di wilayah Long Kali sudah mulai surut sejak Sabtu, 9 Oktober 2021.
SURUT: Berdasarkan pemantauan BPBD Paser banjir di wilayah Long Kali sudah mulai surut sejak Sabtu, 9 Oktober 2021.

Banjir di enam kecamatan di Kabupaten Paser diduga akibat telah beralih fungsinya kawasan hutan di sepanjang tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi kawasan ekstraktif.

 

PENAJAM - Banjir besar sepekan terakhir melanda enam kecamatan di Paser, yaitu Kecamatan Long Kali, Muara Komam, Long Ikis, Muara Samu, Batu Sopang, dan Pasir Belengkong. Dari enam kecamatan itu banjir di Long Kali yang terparah pada tahun ini. Tercatat, 1.055 rumah terendam, 1.290 kepala keluarga (KK) atau 4.640 jiwa mengungsi.

Penyebab banjir disebut-sebut curah hujan intensitas tinggi memicu Sungai Telake (Long Kali), Sungai Kandilo (Muara Komam), dan Sungai Sekurau (Long Ikis) meluap akibat tak mampu menahan tingginya debit air. Sehingga, menyebabkan banjir di wilayah tersebut sejak Senin, 4 Oktober 2021. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim menuding pemerintah bersembunyi di balik narasi fenomena alam tersebut.

“Ya, itu sebenarnya akibat ada aktivitas di sepanjang hulu sungai, dan itu yang diduga memicu peningkatan debit air sungai yang hingga meluap itu. Hutan telah beralih fungsi jadi kawasan ekstraktif, seperti tambang dan perkebunan kelapa sawit di sepanjang daerah aliran sungai (DAS),” kata Dinamisator Jatam Kaltim Pradarma Rupang kepada Kaltim Post, kemarin (10/10).

Banjir di Long Kali menenggelamkan Desa Kepala Telake, Muara Lambakan, Perkuin, Muara Toyu, Pias, Munggu, Mendik, Bente Tualan, Sebakung V, dan Kelurahan Long Kali. Menurut dia, banjir ini efek kebijakan pemerintah yang beri izin pembukaan tambang dan perkebunan kelapa sawit skala luas. Untuk itu, Jatam Kaltim minta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser agar audit dan evaluasi seluruh perizinan tambang di wilayah sempadan sungai.

“Komitmen pemulihan lingkungan apakah sudah dilakukan sesuai amdal, dokumen perencanaan lingkungan, dan dokumen kajian teknis lingkungan lainnya. Jika tidak dilakukan harus diberi sanksi administrasi bahkan sampai pada pencabutan izin,” tegasnya.

Sementara itu, Soegeng Supriyanto, alumni fakultas kehutanan dan pendiri Mahasiswa Penyayang Flora Fauna (Mapflofa) Universitas Mulawarman (Unmul) mengatakan, banjir bandang di Long Kali dapat diakibatkan oleh hilangnya tutupan hutan dan plasma nuftah yang berubah jadi bentangan kebun kelapa sawit dan tambang batu bara. Sehingga, induk sungai beserta DAS berubah strukturnya.

“DAS merupakan bentangan yang seharusnya berfungsi sebagai penampung air hujan bagi kawasan di sekitarnya. Namun, karena tutupan vegetasi hutan serta lantai hutannya rusak dan atau berubah maka kemampuan dalam menampung volume dan debit air jadi berkurang,” kata Soegeng Supriyanto.

Perubahan struktur hutan penyangga di sekitar kawasan Long Kali ini, kata dia, akibat terjadinya deforestasi masif berdampak pada pendangkalan serta menyempit bahkan hilangnya DAS.

Dikatakan, deforestasi terus-menerus dan tak terkendali dengan dampak berubahnya struktur lantai hutan yang semula tertutup oleh tajuk vegetasi hutan beserta struktur kelengkapannya diubah jadi kawasan kebun sawit dan pertambangan batu bara, mengakibatkan tak ada lagi penutup permukaan tanah yang berfungsi sebagai penahan jatuhnya air hujan, sehingga pelepasan tanah permukaan oleh lajunya limpasan air permukaan (surface run off) maka air hujan tidak dapat terserap oleh tanah.

Struktur vegetasi hutan yang semula berfungsi sebagai biofori alam tidak lagi berfungsi karena kesengajaan melakukan perubahan fungsi hutan tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan, telah mengubah lajunya debit air dan besarnya volume air, sehingga DAS di kawasan Long Kali tak mampu lagi menampung luapan curah hujan.

“Terjadinya surface run off kini telah terjadi dampak dari kejahatan deforestasi dan malpraktik kewenangan berakibat pada rusaknya tutupan vegetasi hutan tropis menjadikannya Long Kali banjir bandang,” tandasnya. (ari/rdh)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X