Senin (11/10) 134 sekolah di Samarinda akan melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM). Sejumlah sekolah tersebut di bawah pembinaan Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda.
SAMARINDA – Rencana tersebut tertuang dalam Surat Rekomendasi Wali kota Samarinda Nomor 421/1369/100.02 yang diterbitkan, Rabu (6/10) lalu. Dari 134 sekolah yang melaksanakan PTM itu, ada 80 sekolah tambahan dari sebelumnya 54 sekolah yang lebih dulu melaksanakan PTM.
Wakil Wali kota Samarinda Rusmadi mengatakan, ada tiga komponen penting yang harus konsisten bersinergi, agar PTM bisa lancar sesuai yang diharapkan.
Pertama, hampir 100 persen guru dan tenaga kependidikan (GTK) sudah divaksin, kecuali yang komorbid. Kedua, memastikan fasilitas dan pengelolaan sekolah sesuai protokol kesehatan (prokes).
“Ketiga adalah komitmen orangtua sangat penting untuk menjaga kesehatan anaknya dari rumah hingga ke sekolah,” ucapnya, Jumat (8/10) lalu.
Soal rencana penambahan sekolah lagi, Rusmadi menyebut tidak ingin terburu-buru. Sebab, perlu melihat perkembangan situasi dengan mempertimbangkan semua aspek, sehingga kebijakan yang diambil tidak menimbulkan permasalahan baru.
“Secara pribadi kami ingin seluruh sekolah buka. Tetapi tidak bisa seperti itu, banyak pertimbangan. Kami juga terus-menerus memantau perkembangan pelaksanaan, baik kepada guru hingga siswa,” ucapnya.
Sementara langkah mengatasi learning loss dari pemkot, diakui pria yang akrab disapa Cak Rus itu bahwa persetujuan PTM merupakan salah satu langkah yang sudah ditempuh. Agar gap pemahaman pembelajaran siswa tidak semakin jauh tertinggal.
“Hal ini terbukti banyak siswa yang masih belum memahami sepenuhunya akibat sistem online ini, makanya kami bersemangat melaksanakan PTM,” ucapnya.
Adapun dari sisi guru dan tenaga pendidik, diakuinya penting untuk menyesuaikan dan mengaktualisasi diri terhadap perkembangan zaman. Adanya pandemi ini dikatakannya merupakan peluang bagi GTK untuk berkembang. Sebab, seharusnya pembelajaran daring tidak hanya pada masa pandemi, tetapi ketika keadaan normal pun bisa dilakukan.
“Sehingga ke depan bisa mulai menyesuaikan model pembelajaran memadukan daring dan luring. Guru harus melek terhadap perkembangan teknologi dan informasi,” tutupnya. (dns/kri/k16)