Sinyal Ekonomi Tumbuh Positif, Permintaan Global Tinggi, Harga Batu Bara-CPO Meroket

- Sabtu, 9 Oktober 2021 | 11:14 WIB

Perekonomian Kaltim berpotensi tumbuh positif pada kuartal III dan IV 2021. Sebab, saat ini harga-harga komoditas unggulan Bumi Etam mengalami tren kenaikan. Utamanya, harga batu bara dan minyak kelapa sawit. Penyebabnya, permintaan global sedang tinggi.

 

SAMARINDA - Harga batu bara acuan (HBA) sepanjang tahun ini terus merangkak naik. Hingga Oktober 2021, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA acuan sebesar USD 161,63 per ton. Ini merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Pada September lalu, HBA masih berada di angka USD 150,03 per ton.

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyebutkan, kenaikan itu dipengaruhi meningkatnya permintaan batu bara di Tiongkok. “Kebutuhan meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik. Selain itu, permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa juga naik. Ini seiring tingginya harga gas alam,” ujar Agung seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (7/10).

HBA sempat melandai pada Februari–April 2021, kemudian mengalami kenaikan beruntun pada periode Mei–September 2021. Kenaikan tersebut diprediksi konsisten hingga akhir tahun ini. (selengkapnya lihat infografis)

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia Wiguna mengatakan bahwa pelaku usaha tidak memprediksi peningkatan harga batu bara. Dia pun menyebut kondisi saat ini sebagai golden period. Peningkatan selling price itu dinikmati oleh berbagai pihak.

“Dua belas bulan naik berkali lipat, ini di luar prediksi. Tidak hanya pelaku usaha, tapi ekosistem industri batu bara juga menikmatinya. Negara pun mendapatkan penerimaan yang melonjak,” ujarnya.

Hendra membeberkan bahwa dari sisi profitabilitas, rata-rata selling price kuartal III tahun ini lebih bagus dibandingkan periode sama pada tahun lalu. Kuartal IV mendatang juga diprediksi masih positif. ”Jadi, ini dampak positif yang mendorong perekonomian kita,” bebernya.

Bagaimana potensi peningkatan produksi dalam memanfaatkan momen tersebut? Hendra mengatakan, hal itu tidak bisa langsung dilakukan. Sebab, harus melalui proses pengajuan revisi rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) kepada pemerintah.

“Itu bisa dilakukan di akhir kuartal kedua 2021. Sampai saat ini, beberapa perusahaan yang merivisi RKAB juga belum mendapat persetujuan dari pemerintah. Jadi, salah satu faktor pengusaha belum bisa memaksimalkan penuh harga komoditas,” urainya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, harga batu bara terus mencatat peningkatan disebabkan permintaan yang terus bertambah. Namun, tetap perlu diingatkan bahwa Kaltim tidak boleh terlena dengan tingginya harga batu bara dan tetap harus fokus pada hilirisasi.

“Jangan terus-terusan menjual mentah. Saat ini, harganya memang sangat tinggi dan berpotensi besar mendorong perekonomian Kaltim tumbuh lebih tinggi. Tapi, ini jangan sampai menahan laju pengembangan hilirisasi,” jelasnya.

Apalagi risiko dan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proyek hilirisasi, jauh lebih tinggi dibandingkan proses penambangan existing yang tidak banyak membutuhkan biaya, dan teknologi tinggi. Sehingga, terlalu tingginya harga juga membuat pelaku usaha memilih untuk menjual langsung, dibandingkan melakukan hilirisasi.

“Harga yang tinggi bisa menurunkan appetite untuk melakukan hilirisasi, ini yang kita hindari,” terangnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X