Bahayanya Long Covid-19, Didominasi Penyintas Gejala Berat dan Memiliki Komorbid

- Senin, 4 Oktober 2021 | 11:34 WIB
RUTIN DIRAWAT: Ilustrasi perawatan pasien Covid-19. Penanganan pasien long Covid-19 menyesuaikan keluhan. Yang sesak napas akan diberikan bantuan oksigen.
RUTIN DIRAWAT: Ilustrasi perawatan pasien Covid-19. Penanganan pasien long Covid-19 menyesuaikan keluhan. Yang sesak napas akan diberikan bantuan oksigen.

PELIPUT : Muhammad Ridhuan, Nofiyatul Chalimah

 

 

Kasus Covid-19 memang sudah melandai. Namun, ada satu yang mengkhawatirkan; long Covid-19. Pasien yang sudah dinyatakan sembuh masih harus rutin perawatan.

 

PANDU harus meninggalkan pekerjaannya di Balikpapan, akhir Juli lalu. Pulang ke kampung halamannya di Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU). Merawat ibunya, Nur Fatimah, yang sakit. Dua hari dirinya secara bergantian dengan istri menemani sang ibu. Diduga, ibunya terinfeksi virus corona. “Gejalanya mengarah ke covid,” kata Pandu, Sabtu (2/10).

Namun, pemeriksaan antigen menunjukkan hasil non-reaktif. Tetapi, selama merawat, Pandu yang dibantu sang istri, yang seorang perawat, tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes). Menggunakan hazmat, memisahkan keperluan sang ibu dengan keluarga lain, memberi infus, hingga bantuan oksigen. Semua prosedur isolasi mandiri (isoman) dilakukan untuk membantu penyembuhan. Juga mencegah penularan.

“Tapi malam ketiga, kondisi ibu memburuk. Oksigen juga habis. Jadi kami jam 3 subuh berangkat ke rumah sakit di Balikpapan. Ibu langsung ditangani di UGD,” ungkapnya.

Pemeriksaan antigen ulang juga menunjukkan hasil negatif. Baru setelah menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR), atas rekomendasi dokter, diketahui ibunya menderita Covid-19. 

Setelah memastikan ibunya mendapat perawatan, Pandu pun pulang. Namun, sore harinya, dia merasakan demam. Bersama sang istri, dia pun melakukan pengecekan ke rumah sakit. “Di antigen, saya positif (Covid-19). Syukurnya istri negatif,” ujarnya.

Lantaran masuk gejala ringan, dia pun menjalani isoman. Seminggu kemudian, kondisinya memburuk. Demamnya semakin tinggi. Dirinya pun pergi ke rumah sakit dan langsung menjalani perawatan di ruang intensive care unit (ICU). Hasil rontgen menunjukkan kondisi flek di paru-parunya semakin meluas.

“Seminggu sebelumnya sudah rontgen. Memang sudah ada flek hitam, tapi sedikit,” tuturnya. Flek hitam itu disebutnya karena dia sempat divonis menderita bronkitis. “Saya memang batuk-batuk sebelum terinfeksi Covid-19,” imbuhnya.

Selama 10 hari di ICU, Pandu hanya bisa berbaring. Dokter menyarankan menjalani terapi plasma konvalesen (TPK). Tetapi begitu menjalani transfusi, tubuhnya mengalami reaksi pertanda plasma yang masuk tak cocok. TPK pun berhenti di tengah proses.

“Sebelumnya saya kesulitan cari pendonor plasma, oleh rumah sakit ditawarkan obat. Harganya Rp 13 juta,” ucapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X